Mengkritik
dan dikritik adalah bingkai kehidupan. Seolah menjadi bagian dari cara kita
berkomunikasi dengan orang lain. Apa yang kira-kira akan terjadi jika
komunikasi yang kita bangun dengan orang lain hanya bersifat formalitas belaka?
Mungkin akan tercipta suatu peradaban dimana masyarakat di dalamnya acuh tak
acuh satu dengan yang lain, atau bahkan hanya berbasa-basi terhadap
permasalahan orang lain.
Berangkat
dari latar belakang masalah di atas, Langkah
Awal hadir untuk mencoba bersumbangsih bagi kehidupan mahasiswa di kampus
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Memberikan opini-opini yang berisikan
kegelisahan sang penulis akan kondisi sosial yang tak kunjung membaik, serta
tak kunjung henti menyampaikan kritik-kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang
bertentangan dengan kepentingan rakyat. Seperti dalam edisi 17 Langkah Awal kali ini—mencoba
menelusuri jejak kejadian Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI)
dari sudut pandang seorang pria bernama Kholid dan Aminah sebagai saksi
sejarah G30S/PKI.