Sabtu, 19 Maret 2011

SPP Naik, Masalah Nggak Sih?


Oleh: Bung Rafli*
Sebagian orang beranggapan bahwa uang adalah masalah. Tapi, saya tidak setuju. Ungkapan itu hanya berlaku bagi seseorang yang tidak memiliki uang.  Sedang mereka yang punya sejuta lembar kertas berharga dan timbunan harta, uang adalah anugerah. Nah, kaitannya dengan SPP bagaimana? Masalah atau anugerah? Brodol, seorang mahasiswa yang tak pernah henti meneriakkan perjuangan menimpali , “Woey, kalau itu sih gak ada kaitannya! SPP adalah kewajiban. Bukan masalah atau anugerah,” teriaknya lantang.
“Menarik.” SPP jelas kewajiban.
SPP naik? Tetap kewajiban, atau berubah jadi masalah, atau malah jadi anugerah.

PTN Bertarif Tinggi


Oleh: Bung Imot*
Kabar mengenai kenaikan biaya SPP di kampus ITS sudah menjadi rahasia umum. Di media cetak, beberapa kali diberitakan perihal tersebut. Meski begitu, rektor ITS dan para pembantunya masih terkesan tidak tegas dibalik alasan kenaikannya. Seakan ITS hanya menjadi pengekor kampus-kampus lain yang lebih dahulu menaikkan semua jenis biaya kuliah-yang dapat mereka keruk.
Menghapus rasa penasaran, Redaksi Langkah Awal mencoba mencari tahu langsung ke pihak pihak terkait. Berikut hasil reportase dua orang redaksi kami: Bung Imot dan Bung Arif.
Selasa yang terik seperti biasa masih menyelimuti kampus ITS. Bagi beberapa orang, beraktivitas pada cuaca sepanas ini, sangatlah mengganggu. Tapi,  Bu Luh tetap menunaikan tugas rutinnya seperti biasa. Dalam ruangan ber-AC di kantor BAUK itu , wanita bernama lengkap Dra. Luh Gede Suryawati tersebut tidak berkeberatan untuk ditemui di mejanya.

Jalan Berliku 'Gus Nuh'


Oleh: Bung Samdy*
Seekor tikus lari sekuat tenaga sambil keringatnya bercucur. Di belakangnya, si kucing mengejar penuh nafsu. Dengan segenap daya si tikus berusaha menyelamatkan diri: piring dilempar, stick kasti dipukulkan. Setiap pelosok rumah dilalui. Tiba-tiba...hup, si kucing berhasil menangkap si tikus. Dengan tatapan licik, digenggamnya si tikus yang mukanya memohon iba.
Dimakankah si tikus? Tiba-tiba si kucing teringat masa lalunya bersama si tikus. Seakan-akan dia ber-tanya dalam hati, “Kalau kumakan tikus ini, dengan siapa lagi aku kejar-kejaran?” Akhirnya si tikus dilepas. Tak berapa lama, si tikus mengejek si kucing. Dan…, ceritapun kembali seperti semula.

Kampus Salah Alamat Buat Rakyat Miskin


Oleh: Bung Amen*
Naik…naik…SPP naik tinggi tinggi sekali……………
Kiri kanan kulihat saja banyak rakyat sengsara………
Kiri kanan kulihat saja banyak rakyat melarat ………
Sebuah nyanyian yang 3 tahun lalu dibawakan oleh kawan-kawan mahasiswa ITS pada waktu aksi memprotes kenaikan SPP dari Rp 750.000 per semester menjadi Rp 1.000.000 per semester. Lagu itu menjadi saksi kekuatan birokrasi ITS dalam menaikkan nilai SPP mahasiswa baru angkatan 2004. Sungguh kian mahal biaya kuliah di kampus negeri yang satu ini dan semakin tak terjangkau oleh mereka yang hanya punya modal cita–cita dan kecerdasan, tanpa punya biaya.

Kampus Adalah Penjara Intelektual


Oleh: Bung Yaumil*
Bagi saya kampus adalah penjara baru di dalam dunia pendidikan. Setelah SMP dan SMA tentunya, yang telah duluan mendeklarasikan dirinya menjadi Penjara di dalam dunia pendidikan. Terlepas dari permasalahan utama, pendidikan adalah pembebasan atas kebodohan, keterkungkungan, kebohongan bahkan dari penindasan. Pendidikan adalah solusi permasalahan kebangsaan. Namun pendidikan di Indonesia belum mampu menjawabnya.
Pendidikan Indonesia cenderung mengkungkung atau mematikan karakter seorang manusia. Dapat kita teliti paradigma yang telah membatu dan menjadi kesepakatan umum. Bahwa kuliah ataupun pendidikan hanya sekedar untuk mencari kehidupan yang layak -atau dapat dikatakan- kehidupan di atas rata-rata orang Indonesia. Dan siapa yang patut kita salah kan?? Orang tuakah yang memaksa kita? Atau rektor kampus kita? Atau mungkin Presiden dan Mendiknasnya? Atau para pelaku sejarah sebelumnya yang mengatasnamakan perjuangan pendidikan???

Menjadi Mahasiswa



Oleh: Bung Tomi*
Saya sebenarnya tak begitu peduli lagi soal pergerakan mahasiswa. Bagi saya pribadi, tiap manusia bergerak, seperti angin bergerak, lempeng bumi bergerak, air bergerak, dan sebagainya. Mahasiswa tak istimewa. Dia hanya satu bahagian kecil saja dari alamnya.
“Tapi ini Indonesia”, mungkin begitu kalau para aktivis membantahnya, “mahasiswa adalah pengubah sejarah.” Mungkin begitu pula saya dahulu ikut mengatakannya. Bagi para aktivis, sejarah punya sisi romantis dan sisi magis. Saya akan membahasnya satu persatu.

Jumat, 18 Maret 2011

Aku Bayangkan


Oleh: Bung Rafli*
“Aku bayangkan….” Dalam suatu forum diskusi. Duduk diantara kami, orang-orang hebat mahasiswa kampus x, yang beberapa waktu lalu namanya diabadikan dalam sebuah buku. Ada yang pintar olimpiade. Ada yang juara di berbagai kompetisi. Ada yang aktivis. Ada yang penulis. Ada yang businessman. Pun, ada berpuluh orang lagi yang menjadi tren mahasiswa inspiratif.
Oh iya, ditambah  hadir pula kawan-kawan mahasiswa yang sempat mengharumkan institut x dengan berbagai karyanya yang sudah bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Kami tidak sekedar berkumpul, cangkruk dan ngopi bareng+merokok. Tapi lebih dari itu. Forum ini menjadi penting karena pesertanya merupakan orang-orang besar. Maka, kami juga mendiskusikan masalah  besar. Membicarakan tentang perubahan besar ke depan.

Rektor ITS yang Didamba


Oleh: Bung Samdy*
Jika kita mencari kriteria pemimpin ideal, mungkin perkataan Plato-lah yang paling sering dirujuk.
Plato, filsuf Yunani yang hidup 2400 tahun lalu mengatakan pemimpin sebaiknya memiliki sifat ga-bungan raja dan filsuf. Raja mempunyai karisma, sedangkan filsuf memiliki kebijaksanaan.
Tapi, apabila kita membaca lebih jauh, konsep kepe-mimpinan ala Plato itu tidaklah sesuai dengan zaman demokrasi saat ini. Sebab, dalam buku Republic-nya, Plato tidaklah mengharapkan pemimpin lahir dengan cara dipilih, melainkan diwarisi turun-temurun se-bagaimana sistem monarki atau kerajaan.
Meski begitu, kita berharap pemimpin sebaiknya memiliki sifat tersebut. Di sini, di ITS, kita memiliki rektor baru!

Menengok Revolusi Mesir


Oleh: Bung Imot*
Timur Tengah sedang dilanda apa yang disebut “revolusi rakyat”. Bermula dari aksi bakar diri seorang pedagang di Tunisia, revolusi terus berlanjut. Ben Ali, sang diktator dari Tunisia tumbang. Berikutnya, Presiden Hosni Mubarak dari Mesir pun mundur. Entah siapa lagi yang menyusul.
Khusus Mesir, negeri ini boleh dikata tidak pernah sepi dari yang namanya “revolusi”. Hal ini wajar mengingat sejarahnya yang sangat panjang. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Sejarah Mesir
Mesir merupakan negara yang dilalui oleh Sungai Nil. Dari Sungai Nil inilah lahir peradaban kuno yang dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa Piramid, patung Spinx, Lembah Raja, Kuil Ramses, dll.