Mengapa Media ini ada?
Rene Descartes―filsuf dan matematikawan dari Prancis―terkenal dengan pernyataannya: cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Bahwa manusia adalah memang makhluk berpikir.
Tapi, bagaimana tandanya seseorang itu berpikir? Dengan dahi mengernyit? Menopang dagu? Benar! Namun, masih ada yang kurang. Hasil berpikir seseorang harus dapat diketahui oleh orang lain. Karena dengan begitu orang lain bisa menganggap kita “ada”.
Mungkin bagi filsuf eksistensialis semisal Jean Paul Sartre, ungkapan di atas keliru. Tanpa harus ada “orang lain” pun seorang individu sudah ada dengan sendirinya. Seseorang lebih duluan eksis (ada) tanpa harus memberi sesuatu bagi orang lain.
Namun tentu saja kita tak setuju. Mahasiswa bukanlah seperti para petapa dalam kesendiriannya. Kita “ada” karena punya sesuatu yang bisa diberikan. Kita punya tanggung jawab pada manusia lain. Dengan tanggung jawab itu kita lebih bangga dengan “ada” tadi, tidak sekedar karena “sudah dari sananya”. Bagaimana caranya?
Kita perlu menulis! Sebuah penuangan olah pikir yang disusun sistematis dengan logika dan bahasa yang dapat dimengeti. Dari sebuah tulisan, kita mengomunikasikan ide dan pandangan satu sama lain. Tapi, di mana medianya? Di manakah tempat yang memungkinkan kita dapat bertemu ide satu sama lain itu?
Mengapa Harus “Langkah Awal”?
Dalam menjawab pertanyaan itulah Langkah Awal hadir di tengah-tengah mahasiswa ITS tercinta ini.
Langkah Awal mau menjadikan dirinya sebagai media yang dapat menampung segala bentuk tulisan dari mahasiswa ITS, dijalankan oleh mahasiswa ITS, dan tentu saja untuk mahasiswa ITS. Tulisan haruslah berupa analisis perkembangan aktual dalam lingkup kampus, regional, nasional, hingga internasional. Temanya apa saja: politik, ekonomi, teknologi, olahraga. Namun tentu saja tulisan itu haruslah “khas mahasiswa”.
Yang dimakud ialah sebuah tulisan yang secara terus terang mengungkapkan apa yang menjadi kegelisahannya berdasarkan fakta-fakta, pastinya. Penulis Langkah Awal tidak boleh terbelenggu oleh ketakutan karena—meminjam Franklin Delano Roosevelt—satu-satunya yang patut kita takuti adalah ketakutan itu sendiri. Artinya, jangan jadikan ketakutan sebagai penghalang dari upaya luhur mengungkapkan sebuah kebenaran hakiki.
Tidak tertutup peluang ke depan bahwa penyumbang tulisan Langkah Awal bukan hanya mahasiswa ITS. Mahasiswa non-ITS, rektor, dosen, alumni, masyarakat, hingga penjaja makanan pun dapat dimuat tulisannya. Namun dengan syarat harus memiliki keterkaitan dengan tema yang diusung oleh redaksi di atas.
Meski masih sederhana, hendaknya dari sinilah langkah awal dari cita-cita seorang yang menyebut dirinya kaum terpelajar. Tentu saja cita-cita karena kesadaran akan tanggung jawab. Dengan demikian, tatkala kita nanti sudah bukan penghuni kampus tercinta ini, kita sudah bisa menapak lebih tinggi. Bukankah ada kata bijak: “jika kita tidak tahu dari mana kita bermula maka kita tidak akan tahu hendak menuju ke mana”?
Dalam bahasa filosofis, kita hendak mencari dan terus mencari kebenaran. Sebuah pernyataan yang sudah sering diucapkan bukan? Tapi, haruslah dipahami bahwa kalau memang kita tidak pernah mendapatkan kebenaran itu, sekiranya kita telah berupaya. Sebab, kebenaran itu sesungguhnya tiada mengenal definisi akhir yang tunggal.
Salam Kebebasan Berpikir!!!