Oleh: R. Arif Firdaus Lazuardi
“Mau apa kau setelah ini, membajak sawah, bercocok kebun, dan memasrahkan kulitmu yang langsat itu untuk disengat terik mentari? Cobalah kau ke kota, kau akan dapatkan semua yang kau inginkan,” ujar Slamet, teman sepermainan waktu kecil, yang menyuruhku untuk mengadu nasib di kota.
“Dia dulu itu preman desa ndhuk, jangan mudah percaya dengan yang dikatakannya, hidup di kota itu penuh bahaya. Kejam. Nanti kau lupa dirimu, bahwa kau adalah gadis desa!” sergah Bapakku, agar aku tak pergi dari desa. Tapi aku bergeming, aku tetap bersikeras pergi ke kota, aku ingin segala harapan yang sudah kupendam lama-lama menjadi kenyataan. Aku, Anita, akan menjadi wanita yang sempurna dan membuat orang lain terpana melihatku.