Rabu, 26 Oktober 2011

Sejarah Perkapalan di Indonesia


nationalgeographic.co.id
Oleh: Bung Ucup*
Diskusi Rutin yang diadakan setiap hari Jum’at di pelataran kantin selalu menghadirkan suasana berbeda setiap minggunya, baik dari peserta diskusi yang selalu hadir wajah baru maupun dari tema diskusi yang selalu menarik untuk didiskusikan. Pada kesempatan diskusi Minggu lalu (14/10), bung Mahfud sebagai pengantar materi menghadirkan sekilas tentang sejarah perkapalan lebih khususnya di Indonesia. Seperti biasanya, setelah moderator membuka jalannya diskusi, bung Mahfud segera mengantarkan beberapa wacana yang berkaitan dengan sejarah perkapalan.
Kapal merupakan sebuah alat transportasi air, yang secara filosofis ada karena kebutuhan manusia pada zaman dahulu untuk transportasi dan pengangkutan barang-barang di sungai yang pada saat itu perannya seperti rakit saat ini. Berdasarkan sejarah yang ada, keberadaan kapal pertama kali pada zaman Neolitikum (sekitar 6000 – 2000 SM), zaman pra sejarah ketika manusia masih hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Memang tidak ada literatur yang jelas, tentang sejarah nama suatu barang tersebut mengapa dinamakan kapal ataupun siapa dan bangsa mana yang menciptakan kapal untuk pertama kali.
Menurut bung Mahfud, secara logika kapal pertama kali yang ada di dunia ini terbuat dari kayu, dan pada saat zaman pra sejarah, hanya di Indonesia yang ada pepohonan sehingga kemungkinan besar kapal lahir pertama kali di Indonesia. Dari sejarah nusantara, kemungkinan lahirnya kapal pada masa kerajaan Hindhu-Budha seperti Sriwijaya ataupun Majapahit. Sriwijaya yang dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai wilayah maritim yang sangat luas biasanya sangat identik sekali dengan adanya alat bantu yang bernama kapal.
Dari versi sejarah yang lain, bangsa yang pertama kali menemukan kapal adalah bangsa mesir, dengan kapal penemuannya yang dinamakan kapal Khufu karena kapal tersebut ditemukan di sekitar piramida Khufu sekitar 2500 SM. Di tengah diskusi yang semakin asyik bung Wiwit mencoba memberikan pendekatan untuk mencari tahu tentang lahirnya kapal lewat seorang tokoh, biasanya suatu barang yang ditemukan ada seorang tokoh yang menjadi simbol penemuannya. Tetapi memang belum ada tokoh yang secara jelas bisa menjadi simbol hadirnya kapal di Indonesia.
Bung Ucup mencoba cara pendekatan lain, dari sejarah kerajaan Hindhu-Budha yang tertua seperti Kandhis, Holotan, Salakanegara, Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya maupun Majapahit yang aktivitas sehari-hari penduduknya adalah berdagang dan pada masa itu banyak sekali saudagar-saudagar dari bangsa luar seperti India, Arab, Persia, Cina dan lainnya. Ada kemungkinan saudagar-saudagar itu yang membawa kapal ke Indonesia. Bukti sejarah tentang adanya kapal di Indonesia sendiri bisa dilihat dari lukisan-lukisan kapal Cadik yang terdapat di dinding-dinding Candi Borobudur, hal tersebut bisa membuktikan bahwa kapal sudah ada sejak dulu di Nusantara. Namun, sejarah kapal yang bisa dipastikan dengan bukti sejarahnya di nusantara ini bisa dilihat dari adanya perahu Pinisi. Perahu yang sempat menjadi gambar uang kertas seratus rupiah selama beberapa tahun belakangan ini. Perahu Pinisi sendiri merupakan perahu ciptaan suku Bugis pada abad ke 15. Suku Bugis memang disebut-sebut sebagai Dewa Kapal. Sejarah kapal Pinisi sendiri sebelumnya belum bernama Pinisi, ketika kapal terbentuk pertama kali dan dibuat berlayar ke Tiongkok. Setelah kembali kapal tersebut pecah menjadi tiga bagian ke tiga daerah, kemudian para penduduk yang merupakan suku Bugis menyatukan kembali pecahannya tersebut dan menamakannya Pinisi.
Tidak hanya kapal Pinisi, nusantara kita juga pernah mempunyai sebuah kapal yang tangguh yang bernama kapal Kora-Kora, sebuah kapal perang yang dimiliki oleh kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku. Berbicara tentang sejarah kapal, kita pasti teringat dengan adanya cerita tentang nabi Nuh yang pernah membuat kapal yang dinamakan kapal Nuh. Sempat muncul penemuan bangkai kapal di pegunungan Turki dan diyakini sebagai bangkai kapal Nuh, akan tetapi setelah diteliti umur kapal tersebut tidak sesuai dengan usia kelahiran nabi Nuh.
Berdasarkan jenisnya pertama kali kapal dibedakan menjadi dua yaitu kapal Passanger yang khusus untuk penumpang dan kapal Cargo yang khusus untuk selain kapal penumpang (bukan hanya kapal barang saja), kapal Dagang, kapal Tanker, kapal Latih dan kapal Perang juga termasuk dalam kapal Cargo. Untuk kapal Cargo sendiri, Indonesia juga mempunyai banyak kapal Cargo, salah satunya kapal latih yang bernama KRI Dewa Ruci yang menjadi kebanggaan Angkatan Laut Indonesia, sebuah kapal latih yang dibangun HC Stulchen dan Sohn Hamburg, Jerman pada tahun 1952 – 1953.
Kapal KRI Dewa Ruci ini memiliki bobot 847 ton, panjang 58,5 meter , dan lebar 9,5 meter. Mempunyai kecepatan penuh 10,5 knot dengan mesin dan 9 knot dengan layar (1 knot = 1,852 Km/jam). KRI Dewa Ruci sendiri merupakan kapal latih bagi taruna atau kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut. Kapal Ini berbasis di Surabaya dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan jawa, yaitu Dewa Ruci.
Kebanggan lain yang pernah dimiliki Indonesia adalah dua buah kapal tanker Very Large Crude Carrier (VLCC) yang sempat dimiliki oleh Pertamina, kapal tersebut direncanakan untuk mengangkut minyak mentah dari Timur Tengah ke kilang Cilacap. Pengadaan tanker dimaksud merupakan hal yang pertama kali dilakukan dan merupakan tanker terbesar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Meskipun pada akhirnya kebanggan itu dijual pada saat pemerintahan Megawati Soekarno Putri dan kasus penjualan VLCC masih menjadi misteri hingga saat ini.
Terlepas dari beberapa sejarah dari berbagai versi yang berbeda tentang keberadaan kapal pertama kali di dunia maupun di Indonesia, sebenarnya potensi kapal di berbagai bidang sangatlah besar. Kalau memang di daerah Kalimantan bisa dijadikan sebagai alat transportasi di sungai-sungai, di Lampug dengan adanya kapal yang berbentuk rakit bisa dijadikan sebagai pasar apung untuk tempat jual beli di atas air, dari segi perikanan, jumlah tangkapan ikan yang diperoleh juga sangat bergantung dengan kapal.
“Kapal merupakan masterpiece manusia yaitu bangsa kita khususnya” begitu kata bung Donny. Indonesia tidak hanya negara agraris, tetapi juga merupakan negara mariitim yang mempunyai wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam yang ada di lautan. Sebagai generasi yang mempunyai nenek moyang seorang pelaut, hendaknya kita selalu menjadikan sejarah bangsa untuk membangun negeri ini lebih baik, “kalau Sriwijaya bisa besar dengan kemaritimannya kenapa Indonesia tidak bisa mengulang sejarah itu?“ begitu kata bung mahfud, tentunya jawaban dari pertanyaan itu ada pada diri kita semua sebagai bangsa Indonesia.
*Nurul Mausuf-Matematika ITS   

1 komentar:

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!