Oleh: Bung Henry*
Apa yang dimaksud dengan alam?
Apakah kaum backpacker bisa dikategorikan sebagai pecinta alam?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi. Kita hidup dari alam dan kita merupakan bagian dari alam itu sendiri. Ya, mencintai bangsa kita mungkin ditafsirkan dengan kita mencintai alam bangsa kita.
Seperti yang dilansir dalam sebuah artikel di situs menapakdunia.wordpress.com, sejarah pecinta alam dalam dunia mahasiswa di Indonesia dimulai pada era tahun 1960-1970 an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan dikeluarkannya SK 028/3/1978 tentang Pembekuan Total Kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang selanjutnya melahirkan Konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Gagasan mula-mula pendirian Pecinta Alam kampus dikemukakan oleh Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964. Kala itu, mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah melakukan kerja bakti di TMP (Taman Makam Pahlawan), Kalibata. Setelah berbincang-bincang selama kurang lebih satu jam, semua yang hadir antara lain: Soe Hok Gie, Maulana, Koy Gandasuteja, Ratnaesih (kemudian menjadi Ny. Maulana), Edhi Wuryantoro, Asminur Sofyan Udin, Darmatin Suryadi, Judi Hidayat Sutarnadi, Wahjono, Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian menjadi Ny. Judi Hidayat), sepakat untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan harinya di FSUI.
Sebetulnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Namun sayangnya organisasi ini “mati” saat menginjak usianya yang kedua.
Pertemuan keesokan harinya—kedua—berlangsung di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, di depan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah disebut di atas, ditambah Herman O. Lantang—menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir tersebut.
Setelah pendapat ditampung, diputuskan nama organisasi yang akan lahir adalah Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (IMPALA). Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut, nama IMPALA kemudian diubah menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam. Selain itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat perlindungan dewi pengetahuan.
Gagasan untuk mendirikan MAPALA memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya. Dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungan antar organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal 11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.
Dalam tulisannya di Bara Eka (13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan: “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.”
Lantas apa yang terjadi dengan dengan organisasi-organisasi pencinta alam sekarang?
Dari satu gunung ke gunung lain, dari satu pulau ke pulau lainnya. Tak pernah puas mencari tantangan baru. Mungkin sudah terlanjur menjadi obsesi untuk menaklukkan alam Indonesia. Mungkin juga hanya pelarian akan aktivitas akademis yang menjemukan. Atau memang hanya sekedar hobi jalan-jalan seperti kaum backpacker yang minim dana?
Apapun itu, yang jelas alam tidak hanya gunung-gunung yang telah kau daki, atau danau dan lautan yang kau jadikan tempat snorkling bahkan juga bukan tempat-tempat wisata yang hanya kau jadikan tempat refreshing. Rakyat dan segala permasalahan sosial yang ada, juga merupakan unsur-unsur alam yang harus kita perhatikan.
Seharusnya Mahasiswa Pencinta Alam jangan cuma jadi turis/penikmat alam!
*Henry Palmer Siregar-Teknik Sipil ITS
Sumber: menapakdunia.wordpress.com; pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php; vahnsaryu1.blogspot.com
Tulisan tentang sejarah MAPALA UI adalah hasil bacem dari menapakdunia.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!