womenisbasketball.blogspot.com |
Oleh: Bung
Imot*
Pendidikan
seharusnya merupakan usaha yang sadar, tanpa tekanan tetapi dengan kebebasan.
Tak sedikit dari peserta didik saat ini mengenyam pendidikan dengan tekanan.
Entah tekanan dari orang tua, kondisi sekitar, ataupun dari tempat dia
berkumpul dan berkegiatan pendidikan secara formal—biasa kita sebut sekolah.
Mungkin karena
orang tua yang sayang dengan buah hatinya dan ingin melihat si buah hati hidup
bahagia kelak. Dia selalu berusaha untuk menyekolahkan anaknya
setinggi-tingginya. Usaha yang sangat mulia dan mengharukan, bertujuan agar
anak-anaknya tak sebodoh bapak dan ibunya. Namun sering kali usaha tersebut
memaksakan si anak. Dan mengancam kebebasan untuk memilih sendiri jalur
pendidikan yang disukai dan sesuai dengan otak.
Dari taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, setelah itu sudah. Tidak begitu yang
seharusnya dari sebuah pendidikan. Doktrin itu muncul karena adanya jalur
pendidikan yang formal saat ini. Sehingga orang-orang yang tidak bisa menempuh
pendidikan formal sering disebut orang tak berpendidikan. Padahal pendidikan
yang terjadi adalah dari lahirnya seorang anak manusia hingga dia menghembuskan
nafasnya untuk terakhir kali.
Bicara tentang
pendidikan, sesuatu yang tidak akan pernah habisnya. Selalu ada saja yang
membuat gelisah tentang pendidikan di kampung nusantara ini. Dari sistem
pendidikannya hingga pelaku pendidikannya.
Untuk melihat
keberhasilan pendidikan di suatu negara adalah dari sistem pendidikan yang
diterapkan di sana. Di Negara yang sangat kita banggakan—Indonesia—ini bisa
dikatakan belum mempunyai sistem pendidikan yang pasti. Sering sekali terjadi
perubahan-perubahan. Apalagi untuk masalah kurikulum, empat
tahun sekali terjadi perubahan kurikulum. Dan itu yang sering juga membuat para
pelaku pendidikan bingung. Dari yang awalnya sudah terbiasa dengan kurikulum
yang dijalani, setelah itu dirubah lagi. Memulai untuk membiasakan dengan
kurikulum baru. Begitu seterusnya.
Membahas
sebuah sistem pendidikan sangat luas sekali. Sepenggal dari sistem pendidikan
adalah sistem dari penilaian sebuah jalur pendidikan formal. Di kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
serasa terjadi penurunan kualitas. Dari cerita terdahulu, susah sekali untuk
mendapatkan nilai memuaskan di kampus ini. Seakan-akan sudah lulus dengan nilai
apapun sangat bersyukur sekali. Sehingga tak jarang mahasiswa yang terlambat
lulus. Berbeda dengan yang dirasakan sekarang, tidak mengerti pun bisa
mendapatkan nilai tinggi. Sangat disayangkan hal seperti itu. Mungkin terjadi
sebuah penurunan kualitas sistem penilaiannya atau juga sudak tidak ada niat
lagi dari peserta didiknya. Dan juga banyak sekali yang lulus lebih cepat.
Belum mengerti maksud dari penggampangan lulus ini. Entah untuk meningkatkan
pamor kampus atau ada maksud lain.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (wikipedia).
Dapat dikutip
pada kalimat pertama:
“Pendidikan adalah usaha yang sadar.” Buat
apa memaksakan untuk belajar sedangkan peserta didik tidak mau, begitu sebaliknya untuk apa memaksakan belajar
sedangkan pengajar tidak ingin.
*M Rifqy – Mahasiswa T Sipil ITS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!