Rabu, 17 Agustus 2011

Bukan Generasi Penyontek

otakmuda.blogspot.com
Oleh: Bung Samdy*
#Untuk Calon Mahasiswa ITS
Sudah banyak buih keluar dari mulut gara-gara membicarakan kejujuran. Namun sayangnya, seringnya orang bicara kejujuran sama seringnya dengan orang melanggarnya. Coba jawab pertanyaan sederhana ini: Apakah soal ujian nasional kalian kerjakan sendiri? Berapa banyak dari kalian yang menyontek ketika ujian atau dalam mengerjakan tugas?
Saya yakin, kejujuran adalah harga yang sangat mahal di sekolah kalian. Tidak perlu dibantah bahwa sekolah kalian akan menghalalkan segala macam cara agar kelulusan mencapai 100 persen. Tidak hanya peningkatan jam belajar dan intensitas membahas soal, tapi juga dengan intrik tak terpuji seperti sengaja membiarkan murid mendapat bocoran jawaban dengan keterlibatan para guru.

Inilah wajah Indonesia yang masih belum berubah. Kita hidup di sebuah negeri yang orang-orangnya pintar bercuap-cuap. Seberapa banyak petuah guru agama-budi pekerti yang menyuruh kalian untuk berperilaku jujur? Tapi nyatanya, semua itu jauh dari praktek. Menjelang ujian nasional, sekolah biasanya mengadakan doa bersama agar Tuhan memberi kemudahan dalam menjawab soal. Namun, apa yang dimohonkan tidak didapat dengan cara yang Ia perkenan. Bukankah Tuhan menyuruh hambanya berbuat jujur dan kerja keras? Dari manusia-manusia seperti itu lahirlah para koruptor yang wajahnya terus menghiasi televisi dan koran-koran.
Sebagai calon mahasiswa, apakah kalian mau mengikuti jejak para koruptor itu? Tidak ada yang mau, tentu. Kita semua membenci para penjarah uang rakyat. Di saat mereka berfoya-foya menikmati uang curian, rakyatnya kelaparan tanpa punya asa.
Tapi sayangnya, di kampus ini jalan untuk menjadi koruptor justru terbuka lebih lebar. Percayakah bahwa hampir semua mahasiswa ITS pernah menyontek kala ujian? Percayakah bahwa kakak-kakak kalian suka menyalin tugas temannya? Apakah kalian percaya dengan kenyataan ini? Kalian tidak perlu terkejut jika Indeks Prestasi Komulatif (IPK) dan Indeks Prestasi Semester (IPS) kakak kalian tinggi-tinggi. Wow, luar biasa banyaknya mahasiswa ITS yang IPK-nya tiga koma dan tak sedikit yang  cum laude. Juga bahwa kelulusan tepat waktu di ITS ini cukup besar. Tapi jangan terkejut andaikata saya katakan bahwa itu semua didapat dari cara-cara curang. Dan itulah yang sebenarnya terjadi di kampus tercinta!
Wahai adik-adikku, janganlah kalian ikuti jejak kakak-kakak kalian itu. Kalian adalah generasi baru mahasiwa ITS yang harus meninggalkan segala kemunafikan. Tidak usah silau dengan nilai tinggi dan lulus tepat waktu. Jangan kalian pedulikan persyaratan kerja yang IPK-nya harus segini-segitu.
Bukanlah nilai atau lulus tepat waktu yang harus kalian kejar. Tapi, kalianlah generasi yang pundaknya terpikul harapan jutaan rakyat negeri ini. Kalian adalah pemuda/i terpilih yang beruntung diberi sedikit kelebihan intelegensia dan kelebihan ekonomi. Tapi, banyak orang seumuran kalian yang tidak memperoleh kesempatan itu. Mereka yang tak beruntung itu harus bermandi keringat di kala kalian menikmati dinginnya hembusan AC ruang kuliah. Sedang kalian tidur pulas, mereka tak kuasa melawan angin malam menembus pori-pori.
Karena kondisi seperti itu, mereka tidak bisa melakukan banyak hal selain bagaimana mendapat makanan untuk hari esok. Tapi kalian bisa berbuat lebih: Menggunakan ilmu yang dimiliki untuk mengubah hidup mereka. Apapun pilihan pengabdian ketika lulus nanti, ingatlah bahwa untuk merekalah kalian melakukannya. Apa artinya jika sehabis lulus dari sini kalian mengejar kucuran uang belaka? Apa lebihnya kalian jika sehabis mendapat S.T, S.Si, A.Md dsb, hanya gengsi dan kedudukan mentereng yang kalian kejar?
Bukan, bukan itu yang dicari seorang manusia Indonesia sejati. Kalau kalian sudah sadar apa bedanya dengan mereka, camkanlah bahwa dalam setiap langkah kalian memperoleh ilmu haruslah itu melalui tahapan yang benar karena tujuan kalian adalah mulia. Mencapai tujuan yang mulia tak bisa tidak mesti dengan cara-cara yang mulia pula. Karena kalian mendapat ilmu itu bukan untuk menjadi koruptor, bukan karena hasrat nepotisme, bukan untuk diri sendiri; melainkan untuk mereka yang tidak seberuntung kalian.
Inilah mengapa kalian sudah harus meninggalkan cerita-cerita kelam masa SMA. Namun, tidak gampang tentu saja. Banyak sekali tantangan menanti. Nanti, di saat kalian sudah memulai perkuliahan, akan terasa berat mewujudkannya. Apakah kalian tahu kisah Ibu Siami yang diusir dari kampunya gara-gara mengadukan kepala sekolah yang menyuruh muridnya nyontek masal? Bisa jadi hal yang sama terjadi pada kalian.
Janganlah kalian takut dijauhi teman gara-gara membela prinsip. Tidak usah takut dituduh egois, tak punya solidaritas, dsb. Sesungguhnya, orang yang mengatakan hal itu tak tahu apa yang dikatakannya. Justru dialah yang egois karena mendapatkan apa yang tidak diperoleh dengan kerja keras; justru dialah yang tak punya solidaritas pada rakyat Indonesia dengan tindakan ala koruptornya.
Wahai adik-adikku, kalianlah yang akan membentuk generasi manusia Indonesia yang penuh kejujuran. Kalau sekarang kalian benci melihat koruptor, dan menutup lembaran koran karena tak henti-hentinya memberitakan ulah mereka; pertama-tama bencilah diri kalian yang masih—dan akan—suka menyontek, dan tutuplah lembaran masa lalu yang penuh kecurangan itu. Percayalah, hanya dengan cara yang demikian Indonesia adil dan sejahtera bisa terwujud.
Janganlah kalian ragu untuk mewujudkan cita-cita. Bukan orang lain, tapi tiap kalianlah yang menanggung tanggung jawab mahabesar itu. Selamat menerima estafet perjuangan 10 Nopember. Jika dahulu para pahlawan berjuang mengusir penjajah asing, giliran kalian menyingkirkan korupsi yang terus menjajah bangsa ini. Tidak perlu senjata dan bambu runcing, hanya gunakan hati nurani dan keberanian. Selamat berjuang!
*Samdysara Saragih-Mahasiswa T Fisika ITS

4 komentar:

  1. Kenapa hash tagnya ditujukan kepada maba saja?
    Sebaiknya ditujukan kepada seluruh mahasiswa, belum ada kata terlambat untuk memulai perbuatan jujur.
    Sebab akar permasalahan dari negeri ini ialah kebohongan.
    Dan kejujuran harus dimulai dari yang sederhana, percuma mereka berdemo, menjelek-jelekkan koruptor kalau tugas masih copas, ujian tengok sanasini.

    BalasHapus
  2. @Thasayua
    Buletin Langkah Awal Edisi 12 (8-21 Agustus 2011) memang ditujukan untuk mahasiswa baru ITS. Supaya mereka tidak "terkontaminasi" spt kakak-kakanya.

    BalasHapus
  3. thasayua: ya, pda dasarx tulisan ini juga bisa ditujukan untuk siapa saja, tapi....mungkin penulis bermaksud lbih mengkhususkan kepada teman2 mhsw baru....sya spakat, mari kita budayakan kejujuran (wlaupun sya juga belum bisa jujur sepenuhx di berbagai hal). tpi paling tidak dg mengingatkan orang lain kita jga mengingatkn pribadi masing2....

    BalasHapus
  4. iyo rek, jangan contoh saya, saya ini lumayan sering nyontek..pa lagi di waktu semester 1-4...isine contek menyontek...hehehe
    tapi bukan berarti anti nyontek terus yo gak belajar sama sekali asalkan jujur..iku podo ae rek..hehehe

    BalasHapus

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!