Rabu, 17 Agustus 2011

Lahirnya Para Penerus Bangsa (dan itu “sah”)


sudhew.wordpress.com
Oleh: Bung Yaumil*
Selamat datang generasi-generasi bangsa 2011. Para pemuda yang akan memasuki dunia kemahasiswaan dan tentunya selamat telah menjadi manusia-manusia pilihan; karena berhasil “menyingkirkan” ribuan calon mahasiswa lainnya yang juga berniat melanjutkan pendidikan di kampus tercinta ini: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
Dari itu saya akan memulai manifestasi ini dengan sangat bahagia dan bangga maka saya akan memanggil Mahasiswa Baru ITS 2011 dengan sebutan teman. Tahukah teman-teman baru 2011, bahwa kelahiran kalian di dunia kemahasiswaan di sambut oleh sejarah dengan begitu meriah sekaligus dengan duka yang tak kunjung usai.

Kemeriahan tersebut datang dari bulan Agustus tahun ini, pastinya teman-teman sekalian mengerti bahwa Agustus adalah bulan yang sangat penting bagi negara kita, bulan perjuangan untuk kemerdekaan. Bahkan sejarah dunia telah mencatat Agustus sebagai bulan kemenangan setelah bulan Mei yang di nobatkan sebagai bulan berdarah.
Agustus bukan saja bulan kemerdekaan bagi Indonesia namun bagi Republik Azarbaijan, Chad, Uruguai, Meksiko, Ukraina, Iran, Irak, Cyprus, Gabon, Libanon, Somalia, Afrika Tengah, Nigeria, Moldova, Malaysia, Trinidad dan Tobago bahkan Romawi dll…pernah menjadikan bulan Agustus sebagai bulan merah di catatan sejarah dan kelahiran teman-teman disambut oleh sejarah tersebut.
Bulan ini juga menjadi bulan kemenangan bagi yang beragama Islam: Teman-teman sekalian di sapa oleh bulan suci Ramadhan. Tidak hanya itu, Bulan ke delapan masehi ini Colombus pun menemukan Benua Amerika dan lahirnya ASEAN. Tentunya banyak lagi dan sangat membanggakan bagi sebuah generasi yang lahir di bulan Agustus ini. Patutnya jangalah teman-teman berkecil hati dan lihatlah dunia telah menunggu bangsa kita ini untuk memimpinnya.
Saya juga sangat yakin bahwa generasi teman-teman sekalian bukanlah generasi congkak atau generasi pongah seperti kakak-kakak kalian terdahulu. Di kampus, teman-teman telah ditunggu oleh seorang rektor baru bernama Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA—yang kelak akan menjadi sahabat dekat ataupun menjadi musuh bebuyutan karena kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Walaupun harapan saya bahwa rektor terpilih mampu menjadi sahabat kita sekalian. Menurut saya nama yang begitu banyak berjejerkan titel pastilah akan lebih bijak dalam mengambil sikap walaupun sebelumnya kita “sepakati” bahwa mantan-mantan rektor yang memiliki titel panjang tak pelak jauh dari kata bijak dalam kebijakan yang diambil. Begitulah kampus kita tercinta ini teman-teman sekalian.
Lainnya Lagi….
Kompetisi yang baru saja teman lalui entah dengan belajar keras, menyontek keras, atau menyogok sekeras-kerasnya adalah “sah” di dunia ketiga dengan status tingkat pendidikan no 102 dari 154 yang terdaftar memiliki pendidikan sendiri. Dan teman-teman juga pasti membenarkan hal tersebut apalagi institusinya yang tidak memiliki jalan lain.
Pendidikan sama seperti prinsip ekonomi: Semakin langka sebuah barang akan semakin tinggi pula harga barang tersebut. Ya! Pendidikan hanya sebuah barang yang akan kita beli lalu kita gunakan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya. Sekali lagi di negara yang sedang berkembang itu “sah”. Dan akan menjadi otomatis tidak sah bagi orang-orang yang sadar bahwa hal tersebut salah karena takut kelak akan dimasukkan ke dalam bejana panas.
Dengan tingkat kompetisi yang begitu hebatnya lah saya menyimpulkan bahwa teman-teman bukan generasi-generasi biasa: Tapi luar biasa.
Saya lanjutkan tulisan ini dengan sejarah-sejarah duka akibat ”kejahilan” manusia yang juga ikut menyambut kelahiran teman-teman sakalian sebagai mahasiswa pada bulan Agustus ini: Pemboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, lahirnya Perang Dunia 1, terbunuhnya kaum papa di Afrika hampir satu juta orang akibat kelaparan, pecahnya perang Salib, serangan Irak terhadap Iran yang menggunakan senjata kimiawi—dengan sekali tembak 2400 rakyat Iran terbantai.
Tidak sampai di situ, Uni Soviet menyerang Jepang dalam merebut wilayah, berkecamuknya perang saudara di Afganistan, perang terbuka antara Cina dan Jepang untuk memperebutkan Kanton dan Shanghai, Perang India dan Inggris, Penyerangan AS terhadap Afganistas dan Sudan…. dll.
Begitulah kita melewati peperangan demi peperangan untuk membuktikan eksistensi, kekuasaan dan kehebatan kita dan pastinya itu “sah”. Namun jangan lupa bahwa sejarah pastilah berulang walaupun dalam bentuk yang berbeda, ambillah hikmanya.
Saat ini peperangan tidak lagi melalui senjata seperti yang saya sebutkan di atas namun menggunakan kapital atau uang. Dan teman-teman juga ikut dalam peperangan baru lintas manusia ini; masuk ke ITS dengan biaya yang begitu tinggi dan berperang dengan sesama.
Saya coba gunakan logika singkat untuk memberikan keterangan: Seorang mahasiswa baru akan menghabiskan dana kurang lebih sebesar 10 juta, dari administrasi sebesar 9 juta, lalu biaya perjalanan bagi yang diluar kota—tentunya bersama keluarga dan tidak banyak yang sendiri, kos, pembelian buku, alat-alat perkuliahan hingga pembayaran ini itu dan belum termasuk baiya pembelian formulir SNMPTN. Bahkan uang 10 juta tersebut sangat tidak cukup hanya untuk medaftarkan anaknya yang telah lulus dari sebuah kompetisi—karena beban selanjutnya adalah biaya kuliah persemester sebesar 1,8 Juta. Dan yang tidak mampu membayarlah yang akan kalah dan tersingkir.
Namun jika kita sandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Indonesia yaitu berkisar 1 Jutaan perbulan, dan kita akan jadikan Surabaya sebagai acuan dengan UMR sebesar 1.115.000. Maka seorang ayah harus mengumpulkan uang selama 5 tahun lebih agar anaknya bisa masuk ke ITS dan rakyat Indonesia 67% di bawah garis kemiskinan. Bagaimana dengan keluarga yang anaknya lebih dari satu? Bagaimana dengan seorang ayah yang tidak memiliki pekerjaan tetap? Bagaimana dengan daerah-daerah yang memilki UMR di bawah Surabaya? Bagaimana nasib anak petani, buruh, nelayan dan kaum miskin kota?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan ada habisnya dan tidak akan bisa terjawab layaknya menjawab soal-soal ujian dari kompetisi yang telah kita menangi―pastinya lebih banyak yang kalah sebelum berperang. Untuk itu saya sangat yakin bahwa teman-teman agkatan 2011 tidak akan menyia-nyiakan dunia kemahasiswaannya begitu saja dengan menjilat nilai yang tinggi dan lulus secepatnya melalui copy-paste.
Namun ingatlah kata Plato: “Sesungguhnya sahabat manusia yang paling dekat adalah kebenaran.” Ya! Kebenaran adalah kunci utama manjadi seorang manusia, maksudnya ialah manfaatkanlah posisi teman-teman dalam menjadi mahasiswa untuk belajar menyemai di kampus mencari kebenaran yang hakiki karena sesungguh kelak ketika teman sekalian telah kembali ke masyarakat, teman-teman yang saya banggakan akan mampu memimpin rakyat menuju tatanan sosial dan kesejahteraan yang jujur dan tanpa kelas.
Dan yang sangat menarik bagi saya, seorang mafia korupsi M. Nazaruddin telah di tangkap di Cartagena, Kolombia. Sebuah permainan yang sangat indah dari kaum politisi, untuk kesekian kalianya di negara ketiga itu “sah” bahwa politisi bebas bermain petak umpet dengan rakyatnya. Tetapi di sisi lain fenomena tersebut bisa menjadi awalan dari sebuah kebangkitan.
Tahukan teman-teman sekalian bahwa bangsa kita sedang mengalami penyakit yang sangat akut: Korupsi, andai Tuhan telah meninggalkan bangsa besar ini, mungkin kita akan lebih sengsara dari Eritria dan Burundi di Afrika sana. Dan benang kusut inilah yang harus secapatnya kita selesaikan bersama.
Setelah teman-teman baiat menjadi mahasiswa ITS dengan ketukan palu 3 kali. Maka untuk tugas pertama teman-teman adalah: menyelesaikan permasalah bangsa. Yang pastinya semesta dan alam pun telah merestui hal-hal tersebut dengan catatan sejarahnya. Urailah dan luruskanlah benang-benang kusut yang dibuat oleh orang-orang tua terdahulu. Sehingga setelah disulam benang tersebut akan menjadi sebuah pakaian yang membanggakan bagi Indonesia dalam memimpin dunia dengan wisdom.
Salam Perjuangan. Salam Pembebasan. Dan Salam Kebebsan Berfikir
*Yaumil F Gayo-Mahasiswa Planologi ITS
Surabaya, Malam 10 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!