Senin, 06 Juni 2011

Ragam Kepentingan di Sekitar Mubes IV

Dipublikasikan juga di buletin Langkah Awal, Edisi 7 (30 Mei 12 Juni 2011) dan catatan akun FB: Langkah Awal-ITS
Dunia mahasiswa ITS sekarang sedang sibuk dengan apa yang disebut Mubes (Musyawarah Besar) IV. Berdasarkan FKHM3 (Forum Kajian Hasil Mubes III) setahun yang lalu. Hasil kajian tersebut direkomendasikan dalam Musma (Musyawarah Mahasiswa) ITS yang pada akhirnya ditetapkan dalam Kongres Mahasiswa ITS untuk segera dilaksanakan Mubes IV. Ada beberapa kondisi kini yang tidak relevan lagi dengan jalannya kemahasiswaan di ITS. Diantaranya adalah keberadaan DOP (Daerah Otonomi Politeknik) yang sejajar dengan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Padahal di dalam DOP itu sendiri memiliki beberapa himpunan. Oleh karena itu, beberapa mahasiswa ITS merasa perlu untuk segera dilaksanakannya Mubes IV. Sebagai landasan organisasi kemahasiswaan ITS

Pada awal semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 dibentuklah tim Ad Hoc oleh LM (Legislatif Mahasiswa) ITS yang berjumlah 17 orang dari berbagai jurusan setelah melewati serangkaian prosedur yang telah ditetapkan. “Ada sekitar 30-an mahasiswa yang mengikuti tes tulis pendaftaran tim Ad Hoc dan 20 mahasiswa yang lulus untuk mengikuti tes wawancara. Dari jumlah tersebut, akhirnya terpilih 17 mahasiswa untuk menjadi tim Ad Hoc,” ujar Galih, ketua LM ITS.
Beberapa minggu kemudian, dalam Musma ITS diusulkan untuk dibentuk tim pengawal Ad Hoc agar kinerja tim Ad Hoc dapat dikawal dan dipantau oleh mahasiswa ITS. Tim pengawal tersebut merupakan perwakilan mahasiswa dari lima lembaga kemahasiswaan; BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) oleh Dalu Nuzlul Kirom, LM (Legislatif Mahasiswa) oleh Galih, MKM (Mahkamah Konstitusi Mahasiswa) oleh Amirul, LMB (Lembaga Minat Bakat) oelh Faris, dan LSM (Lembaga Swadaya Mahasiswa) oleh Jalisman. Menurut Dalu, kinerja tim pengawal diantaranya adalah transfer informasi sehingga bisa mengkomunikasikan segala kebijakan yang dibuat Ad Hoc kepada mahasiswa umum lainnya berdasarkan ranah kerja masing-masing. “Misal, saya sebagai pimpinan eksekutif, menyampaikan keputusan Ad Hoc dalam presidium. Begitu pula sebaliknya, jika ada aspirasi dari presidium, akan saya sampaikan ke tim Ad Hoc,” jelasnya.
Yang lainnya lebih kepada pengawalan kondisi internal Ad Hoc agar tidak keluar jalur dan terkadang tim pengawal mengikuti rapat yang dilaksanakan tim Ad Hoc. “Selama ini kami ikut rapat hanya jika diundang tim Ad Hoc,” jawab Galih ketika ditanya mengenai wewenang tim pengawal dalam rapat tim Ad Hoc.
Ketika kru Langkah Awal bertanya tentang kinerja apa saja yang sudah dilakukan tim Ad Hoc. Galih, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2008 itu menjelaskan bahwa tim Ad Hoc sudah melaksanakan Forbes (Forum Mubes) selama dua kali. Juga telah melemparkan enam isu besar dan tiga isu yang berkaitan dengan jurusan sebagai bekal dalam menjaring aspirasi KM (Keluarga Mahasiswa) ITS. Dalam teknisnya pun, tim Ad Hoc meminta bantuan LM untuk menjaring aspirasi KM ITS. Disepakati di antara mereka kalau tim Ad Hoc menjaring aspirasi di lingkup BEM, MKM, LMB, LSM, dan TPK (Tim Pembina Kerohanian). Sedangkan LM menjaring aspirasi di ranah HMJ dan DOP. “Sekarang pun (3/6) mereka lagi menggodok draft Mubes IV,” jelasnya.
Enam isu itu adalah tentang keberadaan TPK dalam KM ITS, LMF yang dihapus, Himpunan di DOP sejajar dengan HMJ, UU pengaderan, sistem partai politik (parpol) kampus, dan. Sedang tiga isu yang berkaitan dengan jurusan adalah keberadaan PMB (Penyaluran Minat Bakat) di jurusan , status LDJ (Lembaga Dakwah Jurusan), dan apakah dibutuhkan LM tingkat jurusan.
Dalu berkata bahwa keenam isu yang dilontarkan ke KM ITS tersebut sebenarnya belum dikaji secara mendalam oleh tim Ad Hoc. Mereka beralasan melemparkan isu tersebut ke KM ITS agar masing-masing elemen yang ada di KM ITS mengkajinya di ranah masing-masing. Dalu sendiri kurang sepakat terhadap salah satu isu yang akan membentuk sistem parpol di kampus. Menurutnya KM ITS saat ini belum siap dengan perilaku politik praktis, karena belum begitu sadar dengan politik apalagi untuk mendewasakannya melalui sistem parpol kampus.
Ia juga berpendapat tentang kedudukan LMF, menurutnya LMF saat ini kurang berfungsi secara optimal. Karena tidak ada garis yang jelas antara BEM institut, BEM fakultas, dan HMJ. Menurutnya selama ini BEM fakultas tidak bisa mendukung penuh BEM insititut karena posisinya yang di bawah FHMJ (Forum Himpunan Mahasiswa Jurusan). “Jika LMF sadar akan kekurangannya dan dapat diperbaiki status hukumnya dalam mubes IV, maka LMF tidak perlu dihapus,” ujarnya.
Ada indikasi bahwa isu tentang sistem parpol kampus itu adalah titipan ‘kepentingan’ dari teman-teman Ormek (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus). Juan, koordinator tim Ad Hoc membantah hal tersebut, “tidak juga seperti itu, isu yang dilempar belum pasti masuk dalam Mubes IV, tergantung KM ITS,” bantahnya melalui sms.
Kru Langkah Awal pun mencoba untuk mengorek keterangan dari pihak-pihak terkait tentang latar belakang tim Ad Hoc, siapa saja di antara mereka yang merupakan anggota Ormek. Dari hasil reportase Langkah Awal, ditemukan ketidaksinkronan informasi yang disampaikan oleh Dalu, Galih, dan Juan. Karena pernyataannya yang berbeda tentang jumlah dan status anggota Ormek dalam tim Ad Hoc. Bahkan Galih pada awalnya tidak berani mengeluarkan pendapat masalah Ormek ini. Dengan dalih bahwa dirinya diberi pesan oleh Juan, koordinator tim Ad Hoc, untuk tidak menjawab pertanyaan seputar Ormek. “Yang saya tahu ada sekitar 4 orang di antara mereka yang anggota Ormek,” jawab Galih. Hal itu diketahuinya melalui tes wawancara. “Dan mereka yang anggota Ormek sudah mengundurkan diri dari organisasi jika memang terpilih menjadi tim Ad Hoc,” imbuhnya.
Langkah Awal menghubungi Juan melalui telepon dan menanyakan hal yang sama. Mahasiswa Fisika tersebut menyatakan bahwa tidak ada masalah kalau anggota Ad Hoc yang juga anggota Ormek dan tidak dibutuhkan pernyataan pengunduran diri. Juan memberikan data kepada langkah awal dari 14 orang anggota Ad Hoc, 8 diantaranya adalah anggota Ormek. Sedang 3 orang lainnya yang belum sempat dijawab karena saluran telepon terputus, kru Langkah Awal berusaha meneleponnya ulang tapi tidak diangkat, kru Langkah Awal berusaha mencari keterangan dari Dalu. Darinya diperoleh keterangan bahwa 2 diantara 3 orang itu adalah anggota Ormek. Jadi total anggota Ormek dalam tim Ad Hoc berjumlah 10 orang.
Dalam pemaparan bertajuk “Jaring Aspirasi” di Jurusan Teknik Sipil, salah satu anggota Ad Hoc, Akhlis Fitanto, Jumat (27/5) mengatakan keberadaan PMB di jurusan telah menyalahi Mubes III karena himpunan menjalankan fungsi keprofesian menurut bidangnya. Dengan demikian, keberadaan PMB itu perlu dikaji dalam Mubes IV ini. Terkait TPK dan LDJ, ada 3 pilihan menyangkut keberadaan LDJ. Pertama, LDJ dimasukkan ke dalam struktur HMJ. Kedua, LDJ berada di luar stuktrur HMJ. Terakhir, LDJ tetap dipertahankan seperti saat ini yaitu tidak masuk dalam struktur KM ITS.
Ketika diwawancarai Langkah Awal sesudah acara berakhir, Akhlis menyebut rencana memasukkan keberadaan parpol di Mubes IV karena melihat realitas selama ini. Ia mengatakan selama pemilihan presiden BEM tahun-tahun sebelumnya terdapat isu terkait keterlibatan partai politik atau organisasi mahasiswa ekstra kampus alias Ormek. Isu yang selalu muncul ini dirasa tidak perlu ditutup-tutupi sehingga perlu dijadikan rencana.
Persoalan mengenai “parpol” menjadi tanda tanya besar, sebab dalam Mubes III semua organisasi mahasiswa luar kampus dilarang terlibat di dunia kemahasiswaan internal. Bahkan kecurigaan muncul bahwasanya Tim Ad Hoc yang memiliki latar belakang ormek sengaja memasukkan pembahasan tersebut. Tapi, Akhlis mengaku tidak tahu siapa yang berinisiatif paling awal terkait parpol dan ormek. Bahkan ia pun tidak mengetahui latar belakang ke-17 anggota Ad Hoc.
Saat ditanya apakah ada contoh kasus menyangkut parpol kampus di perguruan tinggi lain, Akhlis menyebut Universitas Airlangga. Di dunia kemahasiswaaan kampus itu, keberadaan partai diakomodasi. Ia mengelak jika hal itu dikaitkan dengan cakupan ilmu Unair yang memiliki fakultas ilmu sosial dan politik serta humaniora sehingga keberadaan partai dan semacamnya dapat dijadikan “laboratorium hidup” sesuai basis keilmuan. Sedangkan ITS adalah kampus yang memiliki kekhususan di bidang teknik sehingga tidak perlu ada partai—yang memiliki stereotip negatif—untuk sekedar mengajari cara mendapatkan kekuasaan. “Saya pikir hal itu tidak ada hubungannya,” bantahnya.
Sayangnya, sosialisasi Mubes IV sendiri kurang disambut secara antusias. Menurut Akhlis hal itu disebabkan LM tidak cukup punya inisiatif. Selain itu, tambah mahasiswa Teknik Sipil ini, masalah Mubes tidak pernah diulas di KM ITS sehingga antusiasme terhadap Mubes IV sendiri tidak begitu tinggi. Hal ini bisa dilihat ketika Langkah Awal menyaksikan Jaring Aspirasi oleh Ad Hoc dan LM di Jurusan Teknik Sipil pada hari Jumat sore lalu (27/4) yang hanya dihadiri oleh 12 mahasiswa jurusan tertua di ITS—yang telah menghasilkan pemimpin-pemimpin hingga kancah nasional—tersebut. (imot/samdy/arif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!