Dipublikasikan juga di buletin Langkah Awal, Edisi 7 (30 Mei – 12 Juni 2011) dan catatan akun FB: Langkah Awal-ITS
Oleh: Bung Iftah*
“Pergantian sistem, perubahan struktur KM ITS, dinamisasi KM ITS, ketegasan kekuasaan dan wewenang suatu lembaga, ranah organisasi, pola pengembangan kaderisasi dan sebagainya harus mulai direformasi dalam rangka perubahan KM ITS ke arah yang lebih baik. Propaganda-propaganda dilancarkan untuk mengkatalisasi perubahan tersebut. Namun apa yang didapat sampai sekarang? Mubes IV yang diimpikan oleh sebagian mahasiswa ITS masih jauh dari ekspektasi—tidak terorganisir secara massif”
Kurang lebih 3 bulan yang lalu, secara sadar ataupun tidak—langkah konkrit untuk mencapai tahapan Mubes IV yang sering dielu-elukan sebagian mahasiswa ITS mulai terlihat, pembentukan tim Ad Hoc yang beranggotakan 17 orang merupakan salah satu cikal bakal dalam merealisasikan Mubes IV di tahun 2011. Sebuah babak baru bagi seluruh mahasiswa ITS yang sadar akan pentingnya mengamandemen aturan tertinggi di KM ITS itu. Sebuah harapan bagi orang-orang yang memiliki kepentingan untuk mengajukan tendensinya masing-masing golongan agar terpakai dalam aturan yang selama ini kita anggap legal, dan merupakan salah satu prestasi besar bagi anggota KM ITS yang ikut merasakan.
Senada dengan itu, usaha-usaha yang akan monopang terealisasinya Mubes IV dilakukan secara militan, terbentuknya Dewan Pengawal (DP) Mubes IV serta jargon-jargon “penjaringan aspirasi” mulai digemakan diseluruh KM ITS. Dengan inipun KM ITS seketika mulai ramai dengan banyak tanggapan, banyak tawaran layaknya pasar minggu—ada yang berpendapat bahwa belum saatnya untuk menyelenggarakan Mubes IV, karena titik beratnya bahwa KM ITS belum malaksanakan dengan baik apa yang telah ada pada Mubes III sebelumnya—ada pula yang lain dengan alasan, bahwa hal ini merupakan momentum penyadaran kembali akan adanya aturan tertinggi KM ITS yang ada pada Mubes, serta dianggap sudah tidak relevan lagi dengan dinamisasi KM ITS yang berkembang sekarang. Terlepas dari itu, sekitar 2 bulan yang lalu—KM ITS sedang menikmati keramaian yang saat itu terjadi, menikmati hidangan baru.
Kereta Mubes IV inipun berjalan pada rel yang beberapa orang (atau mungkin sebagian besar) mahasiswa ITS tidak tahu-menahu, bisa jadi pura-pura apatis agar tidak berhak bertanggungjawab, sehingga orang lain tidak akan berhak menuntunya apalagi menagihnya. Awal adalah semangat, itu keadaan yang memang semestinya, ketika sedang berada pada puncak gairah untuk merubah sesuatu yang besar—kalau awal saja sudah tak ada semangat dan gairah untuk merubah, tentu akan nihil mengharapkan hasil.
Kemudian saya teringat pada suatu ungkapan “hangat-hangat tahi ayam” setelah melihat betapa labilnya orang-orang yang menyandang status sebagai mahasiswa, seperti kasus pasar minggu yang bukanya cuma sekali, setelah puas dan untung lantas pasar tersebut ditutup hingga tidak terlihat lagi sampai sekarang. Sederhananya saat ini kereta itu mulai kehilangan baut-baut roda, oli dan sparepart yang digunakan ternyata barang palsu—yang terparah adalah teknisi-teknisi kereta itu sudah mulai hilang satu persatu.
Perubahan yang diharapkan, saat ini dapat dicitrakan sebagai perubahan dari keadaan awal yang ramai, menjadi beku—masing-masing telah menjalankan dinas-dinas dan tugas seperti sedia kala, eksekutif mengurus tataran eksekutif, legislatif mengurus tataran legislatif dan yudikatif tetap saja belum ada kerjaan yang jelas—masyarakat KM ITS tetap saja seperti pengangguran, mungkin representative untuk masa depan—semoga saja tidak! Inilah masa-masa perjalanan kereta Mubes IV yang mulai anjlok, kalau dipaksa jalan akan tabrakan atau terguling ke luar rel dan kalau diam, tinggal menunggu pertolongan atau benturan dahsyat dari kereta lain sedangkan stasiun akhir masih sangat jauh.
Secara umum, teori untuk mencapai suatu perubahan hanya terdapat 3 langkah; pertama harus memiliki ilmu dan pengetahuan pendukung. Kedua melakukan pengorganisasian—dan itu yang sedang dilakukan sekarang untuk menggalang lahirnya mubes IV, dan yang ketiga adalah menghasilkan alat atau produk. Entah pada sisi mana yang terlewatkan dan tersia-siakan melihat keadaan seperti sekarang, penuh dengan kebingungan—yang jelas, kereta Mubes IV ini perlu distimulus dengan suatu gerakan yang mendorong untuk mencapai stasiun akhir, entah itu langsung dengan tahap dekonstruksi. Semangatmu mahasiswa kontemporer, akan dipertanyakan ketika keadaan tetap stagnasi.
*Muhammad Iftahul Jannah-Geomatika ITS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!