Senin, 16 Mei 2011

“Kebenaran” Prinsip 3T Bidik Misi


Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program Beasiswa Bidik Misi (BBM) untuk memberikan beasiswa dan biaya pendidikan kepada 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi.
Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ITS mempunyai kuota penerimaan mahasiswa melalui jalur BBM sebanyak 450 anak. BBM diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di PTN selama 8 semester untuk program Diploma IV dan S1, dan selama 6 semester untuk program Diploma III dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif. Dana beasiswa dan biaya pendidikan yang diberikan sebesar 5 juta per mahasiswa setiap semester. Dari dana tersebut, mahasiswa akan mendapatkan biaya hidup sebesar 500 ribu per bulan. Jika dikalkulasi mahasiswa akan memperoleh dana biaya hidup sebesar 3 juta per semester. Tapi mulai tahun 2011, BBM menjadi 6 juta per semester sehingga untuk biaya hidup mereka mendapat 3,6 juta per semester. Dalam pelaksanaanya, biaya hidup diberikan kepada mahasiswa dengan sistematika 3 bulan sekali.
Prinsip 3T: antara kewajaran dan bualan
Dalam kata pengantar panduan BBM TAHUN 2010, menyatakan bahwa program BBM memegang prinsip 3T; Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu. Berbeda di lapangan, Banyak ketidaksinkronan prinsip dalam pelaksanaannya.
Tepat sasaran; Benarkah BBM telah tepat sasaran? Faktanya, melihat dari kehidupan beberapa teman-teman mahasiswa BBM. Ada beberapa yang mempunyai kehidupan “di atas rata-rata”. Akan timbul banyak perbincangan di antara mahasiswa BBM, seberapa validkah data yang diperoleh surveyor ketika mendatangi rumah-rumah calon mahasiswa BBM? Hingga menimbulkan ketidaksetimbangan antara prinsip program BBM dengan kenyataan yang ada. Maka perlulah bagi pemantau program BBM untuk melakukan evaluasi, agar beasiswa tersebut bisa benar-benar tepat sasaran. Monitoring yang dilakukan selama ini hanya sebatas mengisi kuesioner.
Tepat jumlah; misalnya ITS, jumlah mahasiswa yang diterima melalui jalur BBM sekitar 393 anak. Hingga saat ini, jumlah mahasiswa ITS yang menerima BBM mengalami penyusutan. Contohnya di Informatika, penerimaan pertama terdaftar 40 mahasiswa yang menerima BBM, dan mengalami penurunan menjadi 31 mahasiswa. Tetapi ada 5 mahasiswa SNMPTN yang mengambil alih BBM—tentunya sesuai syarat. Lalu timbul pertanyaan diantara mahasiswa BBM. Berapa jumlah mahasiswa yang mendapat BBM saat ini? Banyak mahasiswa yang menanyakan tentang berapa jumlah mahasiswa BBM sekarang di BAAK, jumlahnya sekianlah”, jawaban yang diperoleh. Kemanakah dana BBM mahasiswa yang sudah tidak aktif kuliah?
Tepat waktu; dana  BBM dikucurkan tiap 3 bulan sekali, biasanya akan turun pada minggu kedua dibulan pertama atau pada minggu ketiga, tidak ada waktu yang tetap untuk memastikan biaya tersebut turun ke mahasiswa. Hal ini membuat mahasiswa harus mencari dana tambahan untuk menyambung hidup. Dana BBM turun pertama kali tanggal 24 Agustus 2010. Jika dirinci dana tersebut seharusnya sudah turun 4 kali. Namun, dana bulan Februari-April yang seharusnya turun macet entah dimana.
Hal ini menyebabkan keadaan sebagian besar mahasiswa BBM semakin serba sulit. Mahasiswa harus menekan biaya makan, menunggak biaya kos, bahkan harus mencari pinjaman biaya. Usaha yang dilakukan pun mencari pekerjaan sampingan, atau sering pulang kampung untuk membawa sembako dari rumah. Mengingat sebagaian besar dari mahasiswa BBM tidak bisa bergantung dengan uang saku dari orang tua yang berpenghasilan pas-pasan. Keadaan tersebut mendorong teman-teman mahasiswa BBM melakukan tindakan kooperatif dengan birokrasi untuk mendapatkan kejelasan tentang dana yang akan turun. Mahasiswa pun melakukan perkumpulan untuk mengkomunikasikan langkah-langkah yang diambil. Diawali dengan melakukan lobi ke pihak birokasi. Dari usaha tersebut muncul tawaran untuk meminjamkan dana sebesar 600 ribu kepada mahasiswa. Dana bantuan tidak serta merta mudah diambil. Peminjaman ini juga tersendat karena birokrasi tidak memiliki data mahasiswa BBM yang masih aktif. Akhirnya mahasiswa melakukan koordinasi ke seluruh jurusan. Usaha tersebut disambut baik oleh pihak birokrasi. Dana pinjaman bisa diambil dengan ketentuan wajib mengembalikan pinjaman paling lambat seminggu setelah dana BBM turun.
Setelah 3 bulan tersendat. Dana BBM yang turun telah dipotong 600 ribu bagi yang mengambil pinjaman ke BAAK. Keadaan yang sangat memprihatinkan bagi mahasiswa penerima BBM, terutama yang hanya berbekal beasiswa BBM tanpa tambahan dana dari orang tua. Mencari pinjaman uang dan bekerja lebih adalah hal yang harus di lakukan bagi penerima BBM.
Harapannya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses pencairan dana lebih memegang prinsip BBM. Agar tidak ada yang dirugikan, sebagai pengelola maupun mahasiswa.
BIMITS: sebagai salah satu usaha
Keadaan semakin memburuk, mendorong mahasiswa BBM untuk mencoba membentuk struktur legal, diberi nama Bidik Misi ITS (BIMITS). Namun hingga sekarang, organisasi tersebut belum mendapatkan kelegalannya. Dari struktur sementara yang telah dibentuk, mahasiswa menarik dana kas sebesar 500 rupiah per orang untuk memperlancar administrasi pembentukkan organisasi BIMITS. Struktur tersebut juga bertugas mengumpulkan barang bekas untuk diberikan langsung atau dijual untuk diberikan ke mahasiswa BBM yang membutuhkan.
Sumber: kelembagaan.dikti.go.id
Penulis: Aktivis Mahasiswi ITS
Dipublikasikan juga di buletin Langkah Awal, Edisi 6 (16 29 Mei 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!