Minggu, 03 April 2011

Menjadi Mahasiswa (2)


Oleh: Bung Tomy*
Menjadi mahasiswa itu soal memilih jalan hidup. Saya tidak tahu hidup seperti apa yang kini engkau jalani. Itu urusanmu sendiri.
Apalagi aktivis pergerakan, konon, punya gaya hidupnya sendiri. Saya sebut “konon”, sebab tidak bisa dipastikan kebenarannya. Ada yang bilang ini: pesta, buku, dan cinta. Tanyakan orang-orang tua yang kuliah di abad ke-20 lalu, boleh jadi mereka merasakannya. Mungkin hal itu pengaruh wong londo dan noni-noni Belanda golongan terpelajar sejak era Stovia pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Apakah semua mahasiswa merasakan kenikmatan ketiganya?
Dulu, mungkin iya. Sekarang tidak sama persis dengan dulu. Abad ke-21 berbeda. Pestanya adalah perang di dunia maya, bermain aneka permainan seru bersama teman-teman di kos-kosan atau di warung internet. Bukunya adalah Facebook, dan yang dibaca adalah kabar-kabar dari para sahabat, sanak saudara, bintang pujaan, kawan lama, atau kenalan yang baru digaet. Cintanya adalah cinta chit-chat, kirim pesan dari ponsel atau perangkat komputer jinjing yang bisa bikin urusan jadi mudah atau ruwet.
Mahasiswa Memilih
Saya tahu, tidak semua mahasiswa atau mahasiswi seperti itu. Banyak yang masih pesta beneran, dugem ke berbagai klub semalam suntuk. Banyak pula yang membaca buku sungguh-sungguh, mulai dari buku teks kuliahan, risalah-risalah agama, hingga karya sastra untuk penguat jiwa. Banyak yang benar-benar mengisi waktu luangnya untuk bercinta juga.  Banyak pula yang tidak melakukan ketiganya. Mungkin mereka memilih bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga, sehingga terpisah dari kebiasaan tersebut. Barangkali. Saya hanya menduga.
Singkatnya, mahasiswa mau ke mana dan berbuat apa, terserah mereka. Kalau engkau tanya padaku mahasiswa harus ke mana dan berbuat apa, aku tidak begitu peduli. Bagiku, mahasiswa sudah bukan remaja yang harus diperintah atau dilarang-larang; harus begitu-begini.
Tapi kalau engkau sudah memilih menjadi aktivis pergerakan mahasiswa, mau tidak mau engkau harus menjadi teladan. Suka tidak suka, engkau harus ma(mp)u menjadi bintang penunjuk yang bersinar memberi inspirasi-ke mana dan harus berbuat apa? Syaratnya, kembangkan tiga keunggulan yang sudah ada pada dirimu: intelegensia, independensi, dan integritas. Bagi seorang intelektual yang unggul sepertimu, ketiganya tidak terpisahkan dan tidak untuk dipisah-pisahkan, terimalah sebagai karunia. 
Pertama, intelegensia itu bukan soal kepintaran yang engkau punya. Atau kecerdasan belaka. Apalagi dalam lingkungan mahasiswa ITS dan perguruan tinggi umumnya, semua mahasiswa sudah pintar dan cerdas di atas rata-rata.
Intelegensia adalah soal kema(mp)uan untuk memahami dan mengerti. Mengetahui dan mengenali siapa engkau sebenarnya, dari mana dan untuk apa engkau hidup. Dan ini proses seumur hidup yang harus diasah jam demi jam, hari demi hari, tahun hingga tahun. Kembangkan dan rawatlah hingga sepanjang hayat, seperti bebatuan bumi beribu-ribu tahun nanti masih terus dipahat. Coba kenali, pahami dan coba mengerti dirimu sendiri, orang lain, dan alam di sekitarmu. Bukankah itu yang namanya belajar?
Kedua, independensi itu bukan soal kebebasan melakukan segala. Bukan. Jangan pikir engkau boleh berbuat semaunya selama menjadi mahasiswa. Jangan pikir engkau sah untuk melakukan apa saja atas nama independensi diri.
Independensi adalah kema(mp)uan untuk menjadi diri sendiri. Proklamirkan dirimu sendiri, nyatakan siapa engkau, mengapa engkau ada, untuk apa engkau ada. Lihat di sekitarmu, jangan ragu untuk tumbuh dan hidup sebagai pribadi yang independen, percaya dirilah. Independensi diri ini harus engkau jaga dan rawat pula seumur hidupmu, dengan sepenuh jiwa dan ragamu.
Terakhir, integritas itu bukan soal kejujuran mempertahankan prinsip yang membabi buta. Bila engkau tidak setuju pada pandangan orang lain, jangan engkau pukul saat itu juga. Jika engkau kecewa pada sistem, jangan engkau balik kanan lalu pergi menggerutu dan membencinya.
Integritas adalah kema(mp)uan untuk menguasai diri. Survival of the fittest, kata Charles Darwin. Yang bisa menyesuaikan diri akan tetap bertahan. Yang paling fit (layak, sesuai, cocok) dan proper (baik) akan mendapat kemenangan. Ikuti aturan permainannya, jangan menyimpang dari hukum-hukum alam, integritas itu harus dipegang teguh, sebab dengannya engkau akan bisa mengatasi keadaan.
Cita, Cinta, dan Cipta
Cukupkah tiga keunggulan itu untuk membuatmu jadi teladan? Belum cukup. Kalau semua aktivis sudah memilikinya, apa istimewanya dirimu di tengah kampusmu, masyarakatmu, bangsamu, dan di tengah pergaulan dunia? Maaf, saya harus katakan ini: tidak istimewa sama sekali.        
Kecuali engkau punya tiga kekuatan lain. Cita, cinta, dan cipta.
Cita adalah soal visi hidupmu. Kemudian tentukan misi hidupmu, apa yang mau kau lakukan dalam hidup ini, lihat setinggi bintang di langit, sebab kalau bercita-cita saja takut kapan engkau jadi pemberani. Kalau mau jadi penyanyi, jadi penyanyi terbaik di dunia. Kalau mau jadi pengusaha, jadi pengusaha terkaya. Ini beda dengan mimpi. Mimpi hanya bisa kau lakukan ketika kau tidur. Cita adalah tekad yang kau pegang saat engkau bangkit dan berdiri. Cita adalah apa yang engkau lihat di masa depan. Sukarno muda melihat dirinya sebagai pemimpin yang berdiri membangkitkan semangat juang di depan rakyatnya. Gandhi muda melihat dirinya sebagai perubah nasib bangsanya yang mengajar betapa semua manusia bersaudara. Apa yang engkau lihat dari kejayaan dirimu di masa depan?
Cinta adalah sisi terindah dan terbaik dari dirimu. Cintalah yang membuatmu jauh dari keburukan untuk menjadi seperti sosok Adolf Hitler. Hitler melihat dirinya sebagai pembangkit Jerman dari keterpurukannya dan dia menjadi seperti apa yang dipikirkannya: menyatukan orang Jerman, tapi dengan mengobarkan kebencian terhadap apa saja yang “bukan Jerman”. Mengapa harus menggunakan kebencian untuk menyatukan manusia jika cinta pun dapat melakukannya lebih indah dan lebih baik? Cinta adalah apa yang membuatmu dan orang lain sama-sama bahagia. Menjadi pengusaha yang berguna bagi banyak orang dan bersih dari suap, misalnya. Menjadi ilmuwan yang menemukan vaksin atau obat yang ampuh, contoh lainnya. Apa sisi terbaik dan terindah dari dirimu?
Cipta adalah mengubah dari yang belum ada menjadi ada. Perubahan bukan sekedar perubahan, kalau engkau musnahkan umat manusia dengan bom nuklir, itu juga perubahan. Kalau engkau serang suatu negara dengan alasan fiktif seperti Bush memerintahkan operasi pembebasan di Irak, itu juga perubahan, tapi perubahan yang membuat masyarakat menderita. Cipta adalah apa yang membuat perbedaan yang lebih baik, memperbaiki keadaan. Entah itu dengan karya tulis ilmiah, lagu, film, olahraga, puisi, arsitektur, penemuan, dan sebagainya. Apa yang menurutmu belum ada, apa yang harus ada untuk memperbaiki dan memperindah dunia?
Sekali lagi, menjadi mahasiswa itu soal memilih jalan hidup. Saya tidak tahu hidup seperti apa yang sedang engkau jalani. Kalau engkau memilih untuk membuang waktu dan tidak menjadi apa-apa, saya tidak peduli.
Tapi kalau engkau memilih untuk menjadi seseorang atau melakukan sesuatu, totallah. Selama engkau sehat dan bahagia, serta bisa membahagiakan orang-orang yang engkau cintai dan mencintaimu, bahkan membahagiakan orang yang awalnya membencimu, janganlah berhenti. Totallah.
Yogyakarta, 2011
*Tomy-Planologi ITS (keluar th. 2007)
Dipublikasikan juga di buletin Langkah Awal, Edisi 3 (4 – 17 April 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!