dia datang telat habis berburu
pulang hambar
tak bertenaga
habis main sepak bola kelas eklusive
tanpa aturan
tak berwasit
di lapangan tanpa rumput
seluruh porak-poranda
menyaksikan kang mas
pulang ngantor larut malam
tercium aroma parfum perempuan
padahal kang mas bukan seles parfum
apalagi kerja di pabrik colonge
ingin aku berteriak
memuntahkan amarah kecurigaan selama ini
teriak ku tercekik
oleh senyuman si kecil
sedang terpulas tidur
bersama liur kemesraan palsu
rumah tanggga
dan teriakan-teriakan
luapan-luapan emosi
berevolusi jadi dahak
ingus,
airmata,
jadi dendam-dendam tersumpal
kematian
kemana lagi aku bisa hidup
jika orang tua ku saja tak percaya padaku
bahwa kau pemain sepak bola ulung
bahwa kau penohok akrobatik kehormatan hawa
sebab kau keturunan ulama dan kiyai
memang kau anak kiayi
tapi keturunan dari gen IBLIS
lalu mata siapa tak bernanar
tengkuk siapa yang tak bergidik
saat rumah mu KANG MASsaat yang orang-orang bilang anak dan istri SAH mu KANG MAS
saat sertifikat harta dan dokumen resmi kantor mu KANG MAS
telah hangus terbakar
terbakar bersama kalkulasi amarah dendamku
lalu arwah ku
sedang berpuisi ini untuk mu
sambil terbang
melayang-layang di dekat tubuh mu
dan kau tak akan pernah bisa lagi melihat ku
selamanya
.....
selamanya
……
selamanya
kau berteriak
"KENAPA KAU LAKUKAN INI ?????"
pertanyaan bodoh mu hanya di jawab jangkrik
"KRIK.....KRIK.......KRIK.......KRIK......KRIK.....KRIK....."
*Munirul Ichsan-Teater Tiyang Alit ITS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!