buletin-sikap.blogspot.com |
Oleh: Jeng Karin*
Kolonialisme, sejak bangku sekolah dasar guru sudah menanamkan konsep itu: kolonial itu ya wong londo yang menjajah negara kita dan tidak memberikan kita kebebasan di rumah sendiri. Tapi sepertinya konsep itu pun harus dirubah dan ditanamkan bahwa kolonialisme bukan hanya tentang Barat yg menjajah Timur, tapi semua hal yg merusak tatanan nasionalisme kita harusnya juga termasuk dalam kolonialisme.
Segala hal tentang hilangnya kultur nasionalisme kita itu merupakan tindakan kolonial. Dulu, anak muda bangga ketika memamerkan pada teman sebangkunya bagaimana dia fasih dan lancar menyanyikan lagu Destiny Child, Westlife, menenteng Mp3 player dan menyumpal telinga mereka dengan Headset ala rapper di New York.
Tapi sekarang itu sudah jauh berbeda, bukan lagi mengadopsi style ala Usher atau Justin Timberlake atau pemain music rap New York lainnya. Sekarang mereka lebih bangga dengan style yang disebut K-pop. K-pop (Korean Pop): style ini membuat mayoritas anak muda negara kita lupa diri. Mereka terhanyut akan gemah riuh kebudayaan Korea.
Saya sering melihat status-status dari teman-teman dalam situs sosial Facebook yang menggunakan kata-kata bahasa Korea. Kalau dulu sudah merasa bangga dengan bilang “I love you”, sekarang telah berganti menjadi “Sranghae Oppa”. Informasi tentang drama korea dan lagu-lagu pop korea tak pernah tertinggal untuk mereka update setiap saat.
Dulu, mereka kagum jungkir balik melihat tampang Brad Pitt dengan hidung mancung, mata biru dan kulit putih dengan balutan baju bergaya British Style, Tapi sekarang mata sipit, hidung mancung dan dialek Korea dengan balutan baju maskulin ala Korea seperti Hyun Bin membuat mereka berteriak histeris sehingga hilang kesadaran. Itu tak hanya membuat para gadis di negara kita terhanyut akan euphoria ketampanan pria masa kini ala Korea.
Gadis unyu-unyu ala Korea pun membuat para bocah di negara ini lupa apa yg disebut cantiknya gadis Indonesia. Gadis-gadis unyu dengan berponi rata, bermata sipit, berkulit putih dengan balutan rok pendek dan atasan dengan warna cerah-ceria, mampu menggeser Britney Spears atau Katty Perry sebagai standar kecantikan wanita seksi di dunia sehingga mereka lupa apa yang disebut akan kecantikan dan kesederhanaan gadis Indonesia.
Menjamurnya boy band dan girl band dengan K-style (Korean Style) membuat kita tersadar, ternyata generasi penerus Indonesia sudah semakin jauh tertinggal, tanpa sadar kita ter-gendam akan keindahan kebudayaan Korea. Kita terlalu malas untuk berinovasi, bahkan sekarang, ajang pemilihan duta wisata di Indonesia pun sudah bergeser akan standar dari nilai-nilai kecantikan Indonesia. Wanita-wanita dewasa dengan intelegensi tinggi dan bermimik Asia Timur mampu menarik perhatian dewan Juri akan kriteria cantiknya perempuan Indonesia. Mereka yang menjadi pemenang akan bertarung kembali ke kanca internasional dengan membawa nama Indonesia, budaya Indonesia dan Wajah Asia Timur, sungguh ironis!
Mungkin sekarang saatnya kita berhenti untung saling menyalahkan atau menunjuk ini terjadi karena siapa, tapi mulai intropeksi dan mencoba sadar ini terjadi karena apa. Memang keberagaman itu indah, tapi jangan sampai kita menjual songket peninggalan nenek moyang kita hanya untuk membeli beberapa baju di pusat grosir yang berjejer dan terus berganti sesuai tren. Kita memang harus mengikuti perkembangan zaman, tapi bukan berarti kita meninggalkan apa yang diebut Bangsa Indonesia.
Subuh, 31 Oktober 2011
*Karin Danis-Alumni UNESA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!