Rabu, 17 Agustus 2011

Nathan


Kepada Yang Terhormat
Saudara redaktur Langkah Awal ITS
di tempat
Sungguh betapa bahagia dan kagumnya saya pribadi dengan adanya sebuah buletin independen di kampus ITS ini. Saya tertarik untuk membagi perasaan jengkel yang saya pendam selama menjejakkan kaki di Kampus ITS ini. Dan salah satunya adalah perasaan jengkel yang baru seminggu kemarin saya alami. Apalagi ketika ada rubrik surat pembaca dalam buletin Langkah Awal yang saudara redaktur kelola. Mungkin ini memang benar-benar Langkah Awal agar ITS lebih berani bersikap ksatria. Tidak juga gengsi bersikap munafik selalu menutup-nutupi kebusukan-kebusukan boroknya selama ini.

Saya pada awalnya tidak yakin ada sebuah lembaga kampus yang berani menyuarakan kebenaran realitas di kampus ini. Bahkan bilapun kebenaran itu sangatlah pahit, seperti pengalaman apa yang telah saya alami beberapa hari yang lalu. Pengalaman yang maaf, bila saya agak tidak sopan, tapi saya ingin berkata jujur dan terus terang pada saat itu saya sangat jengkel. Saya mau marah tapi kepada siapa?
Saya sudah lulus D3 dan LJ ke SI yang akan diwisuda september nanti, saya sudah 6 tahun berada di kampus ini. Dan pada saat itu hari kamis (4 agustus 2011), pukul 14.15 saya mendatangi SAC ITS, untuk mengirimkan Surat Lamaran Pekerjaan. Karena nasib keluarga saya benar-benar berada di pundak saya, maaf saya dari keluarga ekonomi menengah kebawah. Saya merasa tidak bisa berlama-lama melihat kedua orang tua saya kesusahan. Saya tidak tega berlama-lama disini, mengingat jerih payah orang tua menanggung beban ekonomi selama saya kuliah di kampus ini. 
Saya tidak bisa menunggu bola, saya harus menjemput bola. Saya tidak menyangka ketekadan saya akan pupus seketika. Surat lamaran yang saya buat ternyata akan menjadi sia-sia, apalagi deadlinenya adalah hari itu. Hanya karena alasan tidak logis yang begitu sangat kekanak-kanakan dan menjengkelkan dari oknum karyawan SAC ITS.
Setelah bolak balik kesana kemari menyiapkan segala sesuatu yang ada dan dibutuhkan dalam surat lamaran saya. Saya pun sudah ada di depan pegawai SAC, dengan amplop yang sempurna saya serahkan.
"maaf mas jamnya sudah lewat"
"Tapi ini kan masih jam 14 lewat 15 menit? bukannya tutupnya jam 15.00." Tanya saya heran.
"Iya mas, ini kan sudah waktunya persiapan pulang." 
Begitu entengnya karyawan itu bicara, tanpa ada seraut penyesalan pun yang tampak di wajahnya. Begitu kurang terpujinya seperti memakan gaji buta, tanpa mempertimbangkan segala curahan tenaga waktu dan biaya yang saya korbankan untuk menyiapkan surat itu, tanpa mempertimbangkan dari mana uang ia digaji selama ini, tanpa mempertimbangkan betapa sulitnya kedua orang tua saya membayar SPP yang menggaji mereka selama ini.
Saya tidak tahu bagaimana dengan pegawai yang lain. Itu hanya salah satu pegawai saja dari kampus sebesar ITS. Saya hanya tidak ingin adik-adik saya mahasiswa baru kelak menjadi manusia kurang terpuji seperti itu, memang tampaknya itu adalah hal biasa. Namun bagi saya hal itu sangat prinsip. Kampus dimana sarang para ilmuwan yang harusnya berisi manusia terdidik dan disiplin. Ternyata ada salah satu oknum pegawainya bertindak korupsi―korupsi waktu yang bukan rahasia umum lagi dimana-mana itu di seluruh kantor pemerintah berlabel negeri, selalu saja mengentengkannya membudayakan sikap malas itu.
Mohon maaf dan terima kasih sebesar-besarnya kepada para redaktur Langkah Awal ITS yang saya kagumi. Mohon maaf bila ada kata-kata saya yang amat kasar, mohon maaf karena saya sudah benar-benar tak tahan menahan kejengkelan ini selama 6 hari. Kemarin secara kebetulan juga ada seorang kawan yang saya ceritakan masalah ini. Dialah yang memberitahukan kepada saya ada semacam koran independen yang bisa menampung keluh kesah saya. Dan saya pun tuliskan surat ini kepada saudara redaktur, agar kelak kejadian yang saya alami tidak juga terulang ke mahasiswa ITS yang lain. Mahasiswa ITS yang datang dan pergi selalu menyimpan semangat membara.
Semoga surat saya ini bisa dijadikan cermin. Oh betapa bopengnya moral dari para pegawai ITS yang seperti ini.
Hormat saya
Nathan (nama samaran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!