Rabu, 27 Juli 2011

Ashoka Hariayu (nama samaran)*


maaf, mau tanya
saya salah satu mahasiswa ITS
saya ingin menanyakan, media Langkah Awal ini berupa tabloid atau buletin?
jika saya mendown-load edisi-edisi yang ada apakah boleh saya perbanyak ?
media ini hanya untuk kalangan internal ITS atau juga untuk publik ?
jika saya mengirimkan beberapa artikel, kritik atau komentar apa saya mendapat jaminan bahwa identitas saya dirahasiakan,
karena jujur sih, saya takut berkomentar karena saya masih sebagai mahasiswa aktif ITS dan sedang dalam proses sidang tugas akhir
saya hanya tidak ingin mendapat masalah dari birokrasi ITS dan dapat menghambat kelulusan saya nantinya, skr saya sedang menyelesaikan semester saya yang kedua belas

banyak hal yang ingin saya sampaikan mengenai kampus ini, bagaimanapun saya telah 6 tahun berada di kampus ini,
dan tampaknya cukup bagi saya untuk mengetahui tentang kampus ini
banyak hal yang menyenangkan, namun juga banyak hal yang kurang menyenangkan
saya pernah dua hari berturut2 membawa motor yang bannya digembosi  mulai dari parkir perpus belakang sampai depan sakinah, jika tidak percaya bisa dicek pada tukang tambal bannya
SKK yang tidak pernah bersahabat
birokrasi yang tidak jelas
PNS yang terlambat masuk setelah jam makan siang
manusia memang tempatnya salah, namun apakah kesalahan2 harus selalu ditolerir, padahal jika terlambat membayar SPP
maka harus mengurus ujin mulai jurusan, PR 1 PR 2, BAAK, BAUK dan membutuhkan waktu yang lama dan pelayanan yang buruk
bukannya sebagai mahasiswa saya mentang2 dah bayar SPP, namun apakah sebagai manusia saya tidak boleh mendapat pelayanan yang sedikit lebih baik

saya juga merupakan salah satu aktivis anti narkoba yang sedang menentang pihak2 yang hendak melakukan legalisasi peredaran narkoba termasuk jenis ganja, dan saya bekerja sendirian melalui tesis yang nantinya akan saya lakukan di UNAIR
dan saya sangat mengapresiasi media Langkah Awal sebagai salah satu usaha untuk menentang pihak2 yang hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri, tanpa memikirkan nasib rakyat yang membutuhkan pendidikan
setelah membaca tulisan2 di edisi 3, saya merasa bangga karena masih ada mahasiswa yang masih peduli dengan masalah2 sosial dan tidak hanya mencari nilai cumloude dan dapat lulus dalam 7 semester
meski sedikit, ternyata masih ada mahasiswa yang benar2 mengerti arti menjadi mahasiswa yang harus membawa perubahan dan bukan sekedar membeo apa yang dikatakan dosen

sedikit berbagi ketakutan, sebenarnya saya juga takut ketika memutuskan untuk menentang pihak yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai massa,dan dikenal sebagai komunitas yang harus dihindari,  namun setelah membaca artikel2 dari Langkah Awal, saya merasa punya sedikit keberanian untuk melanjutkan apa yang telah saya mulai
berada di antara para junkies (pemakai narkoba), para bandar, polisi, aktivis yang memperjuangkan legalisasi ganja dan narkoba, kadang membuat hati saya jadi ciut, namun saya berpikir, jika sebagai mahasiswa saya tidak memberi sedikut perubahan pada negara ini, apa saya ingin melihat bangsa ini hancur
tidak dapat diingkari bahwa kampus ini mulai dikuasai para borjuis yang hanya mengandalkan kekayaan harta semata, tanpa mempedulikan masalah2 sosial yang ada
sebagai informasi, jika mengajak penguasa untuk berdialog atau berdiskusi, sebaiknya kita mengumpulkan data yang konkrit lebih dulu, dan pengumpulan data yang konkrit memang tidak mudah karena masih banyak terjadi money politik untuk memenangkan pihak tertentu
para penguasa mungkin lebih berpengalaman dari mahasiswa karena mereka lebih tau caranya bagaimana membungkam masyarakat kecil yang mudah diiming-imingi dengan uang, masyarakat yang tidak mengerti bahwa hidup ini bukan sekedar untuk mendapat uang semata

saat ini saya mungkin hanya bisa mendukung lewat tulisan saja, namun jika waktu mengijinkan, nantinya saya ingin mendukung melalui materi pula apabila saya mendapat rejeki lebih dari Tuhan

salam kebebasan berpikir ...

ashoka hariayu (nama samaran)
*Surat ini dikirimkan pada tanggal 13 April 2011 melalui email Langkah Awal.

1 komentar:

  1. makasiih banyak buat saudari ashoka (bgini saja saya memanggil saudari)..
    yah, terkadang ketakutak di sebabkan karena kita terlalu banyak memikirkan dampak,
    kira-kira ada tokoh yang mengatakan begini. " kebenaran itu pasti menang, mutlak hukumnya. Tapi kapan? apa menunggu langit runtuh dan gunung2 mula retak. Tidak. kebenaran harus di jemput dan di kumandangkan"
    begitulah, memang di zaman serba pendidikan yang disempitkan dalam arti sekolah disini. candu dan tak bermental kita di buatnya..
    untuk itu kita dari redaksi sangat menghargai jika saudari mau ikut dalam membangun kebenaran yang cerdas melalui karya sastra..
    untuk segala hal yang berbau rahasia, kita akn menjaminnya..
    tabik.
    salam perjuangan,,,

    BalasHapus

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!