Selasa, 03 Mei 2011

Dari Redaksi (edisi 05)


Perubahan
“Tidak ada yang tetap, semua berubah”, begitulah perkataan Heraklitus yang sering kita dengar. Dunia ini terus berubah dalam dimensi ruang ataupun waktu. Perubahan itu tidak bisa dihindarkan sebab ia selalu mengejar, menuntut, dan mengendalikan kita.
Adolf Hitler pernah bermimpi akan “kerajaaan” 1000 tahunnya. Ia yang menjadi kanselir pada tahun 1933 mendamba ras Arya memimpin dunia selama itu. Segala cara di luar akal sehat dilabrak; manusia non-Arya dibinasakan.
Tapi sayang, perubahan begitu cepat terjadi. Perang Dunia II yang dipicu ulah Hitler sendiri menjadi bumerang. Ia kalah dalam perang yang kelak bakal dikenang sebagai perang terkeji dalam sejarah umat manusia. Mimpi seribu tahun ternyata cuma 12 tahun. Ia bunuh diri pada 30 April 1945. Seminggu kemudian, 7 Mei 1945, Jerman takluk dan runtuh sudah mimpi irasional salah satu orang paling kejam di muka bumi itu.
Hitler bukan tidak mengerti sejarah. Dalam Mein Kampf, ia mengatakan sangat menguasai sejarah dan geografi. Ia bahkan mempersonifikasikan dirinya dengan raja Jerman paling jaya, Friedrich Agung. Tapi, orang yang sudah dibutakan oleh nafsu yang menyala-nyala akan digilas oleh sejarah sendiri yang begitu menghendaki perubahan—cepat atau lama.
Langkah Awal Berubah (Lagi)
Tuntutan perubahan itu dalam skala yang lebih kecil juga menghampiri Langkah Awal ini. Kami merasa tiga orang pengurus redaksi masih kurang  untuk memenuhi harapan yang disematkan pada kami. Oleh karena itu, pada edisi kali ini kami pun menambah personil Tim Redaksi yang sebelumnya berjumlah 3 menjadi 5 orang. Dengan tambahan dua orang itu, semoga beban redaksi menjadi lebih ringan.
Selain itu, dari segi rubrik juga mengalami perubahan. Mulai edisi ini, kami membuat rubrik “Tokoh”. Rubrik ini akan menampilkan kisah singkat atau biografi pendek seorang tokoh yang dianggap bisa mengimpirasi, baik yang sudah dikenal secara umum maupun mereka yang dekat dengan kehidupan kita.
Langkah Awal sudah terbit 4 edisi. Selama itu kami merasa ada sesuatu yang kurang: seni. Lazimnya, karya seni gambar menjadi hal yang biasa bagi sebuah media (cetak). Sadar akan hal ini, kami pun akan menampilkan karya seni berupa karikatur guna melengkapi tema. Bukankah “seribu kata dapat dijelaskan dengan sebuah gambar”? Karikatur pada edisi ini adalah hasil karya dari Chandra, mahasiswa Despo angkatan 2008. Untuknya, kami haturkan ucapan terima kasih tak terkira.
Akhirnya, pembacalah yang dapat menilai apa yang coba kami hadirkan ini. Semoga bermanfaat adanya. Salam Kebebasan Berpikir!
Dipublikasikan juga di buletin Langkah Awal, Edisi 5 (02 – 15 Mei 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!