Jumat, 18 Maret 2011

Menengok Revolusi Mesir


Oleh: Bung Imot*
Timur Tengah sedang dilanda apa yang disebut “revolusi rakyat”. Bermula dari aksi bakar diri seorang pedagang di Tunisia, revolusi terus berlanjut. Ben Ali, sang diktator dari Tunisia tumbang. Berikutnya, Presiden Hosni Mubarak dari Mesir pun mundur. Entah siapa lagi yang menyusul.
Khusus Mesir, negeri ini boleh dikata tidak pernah sepi dari yang namanya “revolusi”. Hal ini wajar mengingat sejarahnya yang sangat panjang. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Sejarah Mesir
Mesir merupakan negara yang dilalui oleh Sungai Nil. Dari Sungai Nil inilah lahir peradaban kuno yang dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa Piramid, patung Spinx, Lembah Raja, Kuil Ramses, dll.

Zaman keemasan Mesir berlanjut ketika Islam masuk ke sana. Pada pemerintahan Dinasti Fatimiyah, Mesir, khususnya Kairo, telah menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah dunia Islam. Pendirian Universitas al-Azhar (universitas tertua di dunia) oleh Jauhar al-Katib as-Siqilli pada tanggal 22 Juni 972 memainkan peranan yang penting dalam sejarah peradaban Islam. Selama berabad-abad universitas itu men-jadi pusat pendidikan Islam dan tempat bertemunya puluhan ribu mahasiswa muslim dari seluruh dunia.
Selain di bidang pengetahuan, pendidikan, dan kebu-dayaan, Mesir juga terkenal dengan na-sionalismenya. Nasionalisme Mesir ditandai oleh munculnya pemberontakan Arabi Pasha (1881–1882) terhadap Inggris. Setelah Perang Dunia I, Mesir menuntut kemerdekaan kepada Inggris. Akhirnya tahun 1922, Mesir menjadi kerajaan di bawah Persemakmuran Inggris. Tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh.
Adapun penyulut nasionalisme Mesir dimulai dari munculnya gerakan Wahabi yang menentang penjajahan Turki. Rakyat Mesir juga dipengaruh dari Revolusi Prancis yang dibawa Napoleon saat menduduki Mesir tahun 1798. Paham liberal yang melanda Mesir menyebabkan munculnya kelompok terpelajar yang berorientasi modern.
 Mereka menempuh pendidikan di Eropa dan berbagai universitas ternama di Beirut dan Damaskus.
Nasionalisme Mesir juga ter-pengaruh Gerakan Turki Muda. Nilai-nilai persatuan yang diperjuangkan nasionalis Turki mampu menggugah semangat bangsa Mesir untuk bersatu. Apalagi muncul gerakan Pan-Arab yang dipelopori oleh Amir Chetib Arslan yang meng-anjurkan agar bangsa-bangsa Arab bersatu dan memperju-angkan kemerdekaan bangsanya.
Revolusi-revolusi Mesir
Mesir boleh disebut “negeri revolusi”. Sejak zaman sebelum masehi bangsa Mesir telah mengenal yang namanya revolusi. Diawali dengan revolusi budaya, di mana bangsa Mesir mulai mengenal tulisan yang dikenal dengan nama Hieroglif. Hieroglif merupakan tulisan masyarakat Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.
Dalam perkembangan per-adaban di sekitar sungai Nil, la-hirlah Kerajaan Mesir kuno. Kemudian  munculah Firaun sebagai Raja Mesir kuno. Gelar Firaun merupakan gelar pe-mimpin politik dan spiritual negara Mesir kuno. Firaun karena kediktatorannya mulai bertingkah sombong dan zalim kepada rakyatnya.
Bangsa Israel diperlakukan sebagai budak, dicap sebagai kaum pendatang, sehingga meng-alami penderitaan yang hebat.
Kemudian muncul seorang Musa di negeri Firaun tersebut. Dari tangan Musa tercetus se-buah revolusi antiperbudakan dan revolusi spritual. Musa menuntut persamaan hak serta mengajak bangsa Mesir untuk percaya ke-pada Tuhan pencipta alam semesta. Revolusi ini sukses menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan dengan mem-bawa bangsa Israel me-lintasi laut merah.
Di era modern, Mesir meng-alami revolusi di bidang pe-merintahan. Inggris diten-dang dan Mesir menjadi negara yang merdeka penuh pada tahun 1922. Kekuasaan dipegang oleh Raja Farouk dan mengklaim dirinya sebagai penerus dinasti Firaun.
Kemudian pada tanggal 23 Juli 1952, Raja Farouk yang dik-tator mirip dengan lelu-hurnya Firaun digulingkan oleh seke-lompok perwira muda di antaranya Gamal Abdul Nasser dan Anwar Sadat. Inilah yang disebut revolusi pada tahun 1952.
Setelah revolusi 1952, Mesir tidak bisa lepas dari kemelut politik internasional: dari per-masalahan Terusan Suez hingga masalah klasik dengan Isarel.
Perang Arab-Israel tahun 1948 dan 1956 hingga Perang  6 hari dengan Israel tahun 1967 adalah sebuah konsekuensi berdarah yang dipe-roleh Mesir untuk membendung hegemoni Israel yang didukung Amerika Serikat dan Inggris.
Terbunuhnya Anwar Sadat tahun 1981 juga karena efek bangsa Israel ini. Ia pun digantikan  oleh wa-kilnya, Hosni Mubarak.
Revolusi 2011
Berkuasanya Hosni Mubarak selama 30 tahun dengan cara otoriter akhirnya me-nyulut kebencian rakyat pada awal tahun 2011. Revolusi Mesir 2011 adalah demonstrasi besar-besaran yang terjadi di seluruh Mesir.
Usaha untuk meredam para demonstran yang menggalang aksi dari facebook dan twitter dilakukan dengan cara memutus saluran internet dan komunikasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Pada akhirnya, rakyatlah yang menjadi pe-menang. Setelah demonstrasi berlangsung selama 18 hari, Presiden Mubarak pun enyah pada 11 Februari 2011.
Pertanyaannya. Siapa dalang di balik revolusi Mesir? (diolah dari berbagai sumber)
*M Rifqy-Mahasiswa T. Sipil ITS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!