Oleh: Bung Rengga*
Kala fajar menyingsing merautkan mukanya
Memperkenalkan pada semesta alam
Keajaiban permukaan nestapa bangsa
Bijaksana memberikan kemilau pertiwi
Indah semampai birunya lautku
Sabang sampai Merauke, hijau nan subur
Bersemboyankan bhineka yang tunggal serta ika
merobohkan mental–mental pengecut nusantara
Dibalik jeruji kegundahan presisi
Terkotakkan sebagai tanya hati yang menggerogoti
Berpintukan maklumat dosa–dosa iri hati
Diselimuti selembar perpecahan, perselisihan, dan perceraian rasa
Duka, pilu, dengki tak terkirakan
Mengapakah ini?
Apakah saat ini nusantaraku berubah
Tak ada gonggongan layaknya Majapahit
Semangat juang seorang Soekarno
Patriotisme pahlawan kemerdekaanku
Seperti yang dulu...
Kini, aku merindukan yang dulu
Nusantara bersatu tak terpecah belah
Hingga pelosok Asia
Menjarah ke pelosok dunia
Apakah karena mereka?
Yang duduk berjejar lurus dalam ranah parlemen
Menelurkan seonggok daging manis lidah kebohongan
Tertuangkan dalam mulut–mulut penguasa zalim
Tersampaikan merdu seperti nyanyian para musisi
Menepis ketakutan yang menghantui
Tapi apa, itu hanya bualan busuk belaka
Tanah airku menangis
Memperlihatkan dunia nusantara bagai lumbung kehancuran
Wajahmu seindah comberan terurai kala siang hari
Janjimu bak kotoran–kotoran rakyatmu
Jinggonganmu selayak kentut–kentut jelata
Itukah kau?
Sengsarakan hidup kami
Kau bodohi kami lewat janji–janjimu semua
Kami rakyat, butuh keadilan di negeri ini
Hai penguasa,
Penyeleweng kekuasaan terhormat
Perjuangkan hak–hak rakyat kecil
Rakyat yang tertindas
Karena kekuasaan tiranimu
Disini, sekarang, dan selamanya
Kami menanti janji–janjimu
Surabaya, 30 Oktober 2011
*Rengga Ahmad Prasetia – Mahasiswa Teknik Fisika’11, 2411100030
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi langsung menghapus komentar yang tidak mencantumkan nama penulis komentar (anonim)!