tag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post1492935471422515258..comments2023-10-29T21:04:54.638+07:00Comments on Langkah Awal - ITS: Wanita Telanjang'Langkah Awal' - ITShttp://www.blogger.com/profile/02561297983036491979noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-45130712117501949362011-12-29T11:01:09.053+07:002011-12-29T11:01:09.053+07:00haha, cerita ini cocok jadi versi ringkasnya buku ...haha, cerita ini cocok jadi versi ringkasnya buku ini kali ya? :D<br /><br />http://www.honeylizious.com/2011/10/book-review-tuhan-izinkan-aku-menjadi.html<br /><br />gara gara baca ini jadi ingat buku yang sudah bertahun tahun lalu kebaca :D, terus berkarya mas, walaupun komentar saya telat sebulan hehehe :DMardunhttp://mardun.wordpress.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-7746078691315415192011-11-28T17:44:45.754+07:002011-11-28T17:44:45.754+07:00sangat menyentuh ceritanya...tapi semoga cerita in...sangat menyentuh ceritanya...tapi semoga cerita ini tidak akan pernah untuk menjadi kenyataan dan tidak ada perempuan yang akan mengalami seperti cerita iniardhiyannoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-34688735195913202552011-08-10T12:37:34.011+07:002011-08-10T12:37:34.011+07:00cs tadinya saya berpikir "ganggu" itu ar...cs tadinya saya berpikir "ganggu" itu artinya sedikit merendahkan...aisyahnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-79293009270369164842011-08-10T12:29:50.124+07:002011-08-10T12:29:50.124+07:00hehe sorry2 mungkin saya yang salah baca mb ismi. ...hehe sorry2 mungkin saya yang salah baca mb ismi. okelah saya ralat ^^<br /><br />buat langkah awal, semoga bisa menghasilkan tulisan yang benar2 mencerahkanaisyahhttp://catatanaisyah.wordpress.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-54367696458953456192011-08-08T17:04:38.631+07:002011-08-08T17:04:38.631+07:00Lah? Aisyah dan yaumil,dari komentar saya sebelumn...Lah? Aisyah dan yaumil,dari komentar saya sebelumnya di bagian mana saya mengatakan bahwa saya merasa direndahkan? Perasaan saya gak bilang gitu deh. Saya tidak mengomentari soal apakah cerpen ini merendahkan wanita atau tidak, cerpen ini kan fiksi, tentu akan beda pendekatannya kalau formatnya adalah opini,feature,atau reportase. Yang saya komentari disini adalah gaya penceritaan yang mengandung keganjilan,dan penulis yang kurang mendalami karakter si tokoh. Wong mas arif nya juga udah mengiyakan kok...<br /><br />Mas yaumil,apa relevansinya tiba2 tanya feminisme? Jangan2 anda yang male chauvinist,heheIsminoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-24046497823835686862011-08-06T23:20:50.275+07:002011-08-06T23:20:50.275+07:00Iya ya.. seperti melecehkan gitu..
tapi kenapa cum...Iya ya.. seperti melecehkan gitu..<br />tapi kenapa cuma 2 orang mbaknya yah yg merasa terlecehkan??<br />jangan2 mbaknya feminisme juga??yaumilhttp://yaumil.wordpress.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-71651234656560376872011-08-06T03:54:01.029+07:002011-08-06T03:54:01.029+07:00trim's mbak Halimatus Sa’dyah......trim's mbak Halimatus Sa’dyah......Lazuardihttps://www.blogger.com/profile/06062037244703093691noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-43669943535411913962011-08-05T14:50:51.598+07:002011-08-05T14:50:51.598+07:00Saya mencoba berpikiran sedikit berpikiran positif...Saya mencoba berpikiran sedikit berpikiran positif membaca tulisan ini.<br />saya menangkap satu nilai moral yang sebenarnya bagus di dalamnya<br />Seseorang tak boleh bertindak tanpa restu orang tua.<br />hanya saja, sama seperti yang dikatakan mbak ismi, cara penulis menyampaikan pesan bisa dibilang merendahkan wanita sampai-sampai pembaca yang membaca sekilas pasti langsung terpaku ke nilai negatifnya. bukan nilai positifnya.<br />Semoga para penulis bisa lebih menyalurkan semangat positif, menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik.aisyahhttp://catatanaisyah.wordpress.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-27242217537442802182011-07-30T02:29:52.418+07:002011-07-30T02:29:52.418+07:00yup.....makasih....mbak, krim tulisan ke langkah a...yup.....makasih....mbak, krim tulisan ke langkah awal ya (kalo berkenan)....ditungguLazuardihttps://www.blogger.com/profile/06062037244703093691noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-43235285994706571392011-07-30T02:04:37.600+07:002011-07-30T02:04:37.600+07:00Wuihhh dibalesnya panjang juga. Hooo gitu toh maks...Wuihhh dibalesnya panjang juga. Hooo gitu toh maksudnya. I see. Sudah saya duga. Kalau diperhatikan kelima 'insiden' diatas selalu dipicu oleh pakaian, pertama dan kedua karena baju terbuka, ketiga karena baju yang udah gak jelas, keempat karena handuk, kelima karena pakaian dalam.Mungkin paradigma cowok memang begitu kali ya, dan soal yang ini anda peka. Hehehe....seperti kata Mas Arif " Kan saya laki mbak...". lol. Berpakaian harus hati2 kali ya...<br /><br />Saya cuma mengingatkan kok, jangan kapok nulis cerpen yo. Sama2, makasih juga sharingnya,skrg udah gak penasaran lagi :)Ismihttp://www.its.ac.idnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-2937187464582324362011-07-30T00:23:25.497+07:002011-07-30T00:23:25.497+07:00waduh.....suangaar mbak ismi.....terima kasih kome...waduh.....suangaar mbak ismi.....terima kasih komentar dan kritikx....saya beri tanggapan ya....satu persatu:<br /><br />1. mhon maaf mbak ya, spertix memang penulis yg krg peka menggambarkan psikologis seorang cewek, coz memang sya kurang observasi untuk kepribadian wanita (kan sya laki mbak...), sbnarx mksud saya hnya sekedar gambarin kalo sebuah 'keinginan' itu tidak sesederhana 'kenyataan', Anita memang sya tampilkan sosok yg nerima keadaan tapi tetap bersmangat.....tpi, kdg2 saya juga agak bimbang gitu (kira2 ada gak ya model orang gituan)...<br /><br />2. kebahagiaan dlam cerita ini memang dalam proses pencarian jati diri (mksudx gitu)....pada awalx sih memang mencari kebahagiaan materi, trnyata itu tidak ditemukan.....memang saya tekankan pada kalimat.... "Tak tahu lagi mana bahagia mana petaka",...." tak tahu lagi makna bahagia atau petaka",...."aku yakin bahwa bahagia saat ini tak ada bedanya dengan petaka",...."aku benar yakin, bahwa kini bahagia adalah petaka",...."Aku hanya mampu membisu, membiarkan bahagia menjelma petaka",...."Aku tak mau lagi menjadi korban bahagia yang berbuah petaka"......-> klo mbak ismi perhatikan, proses itu saya buat bertingkat.....saya pikir pembaca ga da yg perhatiin klimat ini, eh trnyata mbak ismi peka banget,.....inilah salah satu pesan yg ingin sya sampaikan mbak, proses itu kadang salah kita lakuin/persepsikan.<br /><br />3. Nah untuk paragraf yg itu memang saya kelupaan mbak, pada awal pembuatan cerpen ini subjekx saya pakai sudut pandang orang ketiga yg menceritakan Anita, trus sya ganti jadi sudut pandang orang pertama (aku)...jadi, yg paragraf itu belum saya ganti...mksh mbak jeli bacax, insya Allah sya perbaiki....<br /><br />mohon maaf ya, kalo cerpen ini menyinggung cewek,.....tapi salah satu pesan lain sbnarnya ingin menyampaikan 'kalo ga da orang baik murni di dunia ini, smua baik karena kpentingan'....tdak memandang siapa orangx, org yg nolongin kita kek, ato bos kita, ato pemuda, ato polisi, bahkan yg berlabel agama pun tdak bisa kta percaya begitu saja.....Dan yg tulus baik sbnarx satu: 'orang tua' kita....pesan itu ada di kalimat terakhir....<br /><br />mkasih, tapi gimana pun, pembaca lah juri terakhir yg menyimpulkan pesan dari cerpen ini....dan smua persepsi tdak bisa saya salahkan....justru, saya yg hrus lebih belajar lagi tuk bikin cerpen yg lebih baik.....<br /><br />terima kasih banyak!Lazuardihttps://www.blogger.com/profile/06062037244703093691noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-716910319020036561.post-20473596592636387742011-07-29T22:11:48.911+07:002011-07-29T22:11:48.911+07:00Cerpen ini agak " ganggu " ya. Saya rasa...Cerpen ini agak " ganggu " ya. Saya rasa untuk ukuran cewek yang ;<br />1. Diperkosa sama bos nya<br />2. Diperkosa sama Pak BEjo<br />3. Digilir sama 5 cowok<br />4. Diperkosa lagi sama polisi selama 8 jam<br />5. Mesum di mesjid ( di bagian ini bisa dibilang perkosaan gak sih ? ceweknya kayak udah pasrah gitu )<br /><br />Dalam kurun waktu kurang lebih 3 atau 4 hari, cerpen ini terbilang datar, sedatar-datarnya. Gak tau penulis memang ingin menampilkan anita sebagai sosok yang pasrah, lugu, dan nerima nasib atau penulisnya memang tidak peka.<br /><br /><br />Terus saya perhatikan, beberapa bagian ini ;<br /><br /><br />" Aku benci si bos, kota, kecantikan, kebahagiaan. "<br /><br />"Lantas aku membenci semuanya, benci si bos, kota, kecantikan, kebahagiaan, juga pak Bejo"<br /><br />" Bukan main lemasnya aku saat itu, dan aku yakin bahwa bahagia saat ini tak ada bedanya dengan petaka "<br /><br />"Setelah kejadian itu, aku benar yakin, bahwa kini bahagia adalah petaka."<br /><br />" mungkin dengan berbusana seperti itu, aku akan dapatkan kebahagiaan yang selama ini kucari. "<br /><br />" Aku hanya mampu membisu, membiarkan bahagia menjelma petaka. "<br /><br />" Aku sudah jenuh dengan kecantikan dan kebahagiaan"<br /><br />" Lantas, aku mulai mengerti inilah kebahagiaan yang kucari selama ini. Yaitu membuat orang lain bahagia tanpa harus mengorbankan kebahagiaanku "<br /><br />sebenernya kebahagiaan yang dimaksud si tokoh apa ya ? Materi kah ? Pujian kah ? sampai akhir cerita saya gak paham, gak tau saya yang lemot atau gimana. Terus cerpen ini juga mengandung beberapa bagian yang gak logis,,<br /><br />"Tengah malam, pemuda menghampiri lagi ruang musafir, yang kutempati beristirahat saat ini. Ia bermaksud untuk memberikan selimut, agar aku terhindar dari perihnya angin malam. Ketika sampai di depan pintu, pemuda tersebut mengetuk beberapa kali, tapi tak ada sahutan. Tak sabar ia pun membuka pintu itu sendiri yang kebetulan tidak terkunci. Betapa kagetnya sang pemuda, ketika melihat aku tidur hanya berpakaian dalam saja. Sedang baju muslimah yang baru kubeli tadi tergantung di dinding. Pemuda tersebut menghamparkan selimut di tubuhku. Aku sempat tersadar, tapi kubiarkan selimut tersebut melindungi tubuhku karena memang kedinginan. Tapi, aku mulai shock kembali ketika tahu bahwa ada orang lain di bawah selimut itu."<br /><br />Lah, " aku sempat tersadar " berarti sebelumnya dia tertidur kan ? Terus kalau dia tertidur kok si Anita ini bisa tau " Ia bermaksud untuk memberikan selimut, agar aku terhindar dari perihnya angin malam. Ketika sampai di depan pintu, pemuda tersebut mengetuk beberapa kali, tapi tak ada sahutan. Tak sabar ia pun membuka pintu itu sendiri yang kebetulan tidak terkunci. Betapa kagetnya sang pemuda,,,, " <br /><br />Sorry panjang lebar gini, habis greget aja bacanya...Ismihttp://www.its.ac.idnoreply@blogger.com